Kamis, 24 Juni 2010

Polisi Hamili Dua Gadis

Kamis, 24 Juni 2010
Kapolres Rote Rekomendasi Pecat
 
BA'A, Pos Kupang.Com - Kapolres Rote Ndao, AKBP Johanies Riyanto, S.IK merekomendasikan agar oknum anggota Polres Rote Ndao, Muhamad Syafrisal Abas dipecat dari anggota Polri karena diduga menghamili dua wanita, DS dan SM, hingga keduanya melahirkan anak. Tes DNA sudah membuktikan meski Syafrisal Abas membantah.

Kapolres Rote Ndao, AKBP Johanies Riyanto, S.IK menegaskan itu saat ditemui di ruang kerjanya, Selasa (22/6/2010).

Kapolres Riyanto mengatakan bahwa rekomendasi agar oknum anggota ini  diberhentikan dengan tidak hormat sudah dikirim kepada Polda NTT, karena keputusan pemecatan adalah kewenangan Kapolda NTT.

"Sidang kode etik profesi untuk yang bersangkutan sudah digelar di Mapolres Rote Ndao, Sabtu (19/6/2010) siang. Dalam sidang itu kedua korban atau wanita yang dihamili sudah mengaku dan juga dibuktikan dengan tes DNA yang menunjukkan bahwa anak yang dikandung dua perempuan itu adalah anak Muhamad Syafrisal Abas. Walau dalam sidang kode etik Muhamad Abas membantah," kata Riyanto.

Berdasarkan hasil sidang kode etik profesi, dirinya selaku
Kapolres Rote Ndao merekomendasikan agar yang bersangkutan dipecat.

"Rekomendasi sudah kami kirim ke Kapolda NTT dan yang bersangkutan diberi kesempatan  tujuh hari untuk memberi sanggahan atau keberatan atas kesimpulan hasil sidang kode etik profesi. Setelah tujuh hari, tentu Kapolda NTT akan memberikan keputusan apakah diberhentikan atau tidak," kata Riyanto.  (mar)

Abrasi Ancam Lohayong

Minggu, 13 Juni 2010 
 
LARANTUKA,Pos Kupang.Com---Bahaya abrasi (erosi oleh air laut) membuat warga Desa Lohayong, di Kecamatan Solor Timur minta pemerintah daerah setempat agar membangun bangunan pengaman pantai (talud).

"Kalau laut pasang air tidak sampai masuk ke  rumah warga, tapi air mencapai permukaan talud yang dibangun secara swadaya oleh warga. Namun saat musim barat dan gelombang tinggi, maka air laut masuk sampai ke belakang rumah warga," kata Mahmud, warga Lohayong kepada wartawan belum lama ini.

"Warga membangun talud secara swadaya. Tapi saat musim barat rusak diterjang gelombang tinggi. Cara kami membangun talud hanya dengan meninggikan fondasi rumah dengan menyusun batu di pinggir pantai," katanya. 

Mahmud mengatakan, masyarakat di Desa Lohayong, terutama yang tinggal di pesisir pantai, sangat membutuhkan talud untuk memberikan rasa aman bagi terjangan air laut dan bahaya abrasi. "Ada sekitar 100 keluarga yang tinggal di pesisir pantai yang butuhkan bangunan pengaman pantai sekitar 680 meter dari titik Dermaga Lohayong. Ini sangat penting," ujarnya.

Selain  talud, Mahmud mengaku warga juga membutuhkan  tambatan perahu. Pasalnya, Dermaga Lohayong tidak dilengkapi tempat tambatan perahu untuk berlindung dari terjangan ombak di musim barat.

Selama ini, kata Mahmud, para nelayan Lohayong menambatkan perahu  di Dermaga Menanga, yaitu di Ibu kota Kecamatan Solor Timur untuk berlindung dari terjangan ombak musim barat. Letak Dermaga Menanga sekitar 2 km dari Dermaga Lohayong. Lokasi Dermaga Menanga relatif lebih aman untuk perahu berlindung dari bahaya gelombang karena di lokasi itu terdapat sebuah teluk. 

Sekadar diketahui, di kawasan Desa Lohayong II  juga terdapat benteng peninggalan Portugis yang dibangun tahun 1566. Benteng ini menjadi benda cagar budaya bernilai sejarah sekaligus salah satu obyek wisata sejarah di Kabupaten Flores Timur.  Sayang, keberadaan benteng ini  terkesan tak terawat.  Letak Desa Lohayong II dari Kota Larantuka, Ibu kota Kabupaten Flotim sekitar 19,4 km, atau dengan perahu motor membutuhkan waktu sekitar 1 jam perjalanan.
(iva/aly)

Korban Rabies di Mabar 144 Orang

Selasa, 22 Juni 2010
 
LABUAN BAJO, Pos Kupang.Com--Penyakit rabies (anjing gila) kembali terjadi di Kabupaten Manggarai Barat (Mabar). Tercatat sejak Januari-Mei  tahun 2010, jumlah korban yang tertular virus rabies (anjing gila) berjumlah 144 orang.
Dari jumlah tersebut, salah satu di antara para korban meninggal dunia. Saat ini, jumlah korban yang ada sedikit menurun dibanding tahun 2009 yang jumlahnya sebanyak 216 orang korban.

Untuk mencegah penyebaran virus rabies tersebut, pemerintah setempat tengah melakukan kegiatan vaksinasi pada sejumlah hewan peliharaan penular rabies (HPR), yakni anjing, kucing dan kera.

Kepala Dinas (Kadis) Kesehatan Kabupaten Mabar, dr. Harijaya, melalui Kabid PMK, Makarios Ngganggur, menyampaikan hal ini ketika ditemui di ruang kerjanya, Senin (21/6/2010).

Makarios mengatakan, sejak tahun 2010 virus rabies kembali menelan korban. Umumnya penyebaran virus rabies terjadi pada wilayah yang dipadati hewan peliharaan milik masyarakat ini. Selain itu, juga karena banyaknya hewan peliharaan yang tidak diikat.

Dari data yang ada,  jelas Makarios, pada tahun 2009 dan 2010 korban rabies yang dirawat terbanyak di Puskesmas Labuan Bajo, Kecamatan Komodo.

Dia merincikannya,  pada tahun 2009 di Kecamatan Komodo sebanyak 96 orang yang terkena gigitan, di wilayah Kecamatan Sano Nggoang 26 orang, di wilayah Kecamatan Lembor 47 orang. Selain itu,  di wilayah Kecamatan  Kuwus 31 orang, di wilayah Boleng 6 orang. Sedangkan di Kecamatan Macang Pacar 10 orang korban gigitan. Total jumlah korban sebanyak 216 orang.

Dia menjelaskan, korban yang terkena gigitan pada tahun 2010,  di Kecamatan Komodo 51 orang, Sano Nggoang 21 orang, Lembor 31 orang, Kuwus 25 orang, Welak 3 orang, Boleng 9 orang dan di Kecamatan Macang Pacar berjumlah 4 orang. Total korban yang terkenan gigitan anjing sebanyak 144 orang.
Menurut Makarios, tingginya penyebaran virus rabies ini dikarenakan jumlah populasi anjing yang ada sangat banyak. Selain itu, kurangnya pencegahan pada daerah kasus yang dapat berdampak pada penyebaran virus anjing gila ini.

Terkait ketersediaan vaksin anti rabies (VAR) dia mengatakan, di Mabar masih ada 500 fiar  (ampul) VAR untuk pemakaian dosis  bagi 50 orang korban rabies.


Fokus desa/kelurahan
Ditemui di tempat terpisah, Kepala Seksi (Kasie) Produksi Ternak Dinas Peternakan, Perikanan dan Kelautan Mabar, Yustina H Lajar, mengatakan  untuk mencegah terjadinya penyebaran virus rabies, tim dari dinas melakukan vaksinasi  hewan peliharaan (HPR). Vaksinasi ini difokuskan pada wilayah-wilayah desa/kelurahan dalam Kota Labuan Bajo, Kecamatan Komodo.

Sementara untuk daerah kasusnya telah dieliminasi untuk mencegah terjadinya tambahan korban gigitan. "Kami masih lakukan vaksinasi untuk hewan peliharaan yang ada dalam kota. Untuk wilayah radius 10 km dari daerah, maka kasus langsung dieliminasi untuk mencegah penyebaran," kata Lajar.

Wilayah eliminasi antara lain Desa Warloka, Macang Tanggar, Tiwu Nampar, Desa Golo Pongkor. "Tindakan vaksinasi ini dilakukan lebih awal karena tingginya kasus rabies yang terjadi dalam tahun 2010 ini," jelasnya.

Seperti disaksikan Pos Kupang, Senin (21/6/2010), tim dari Dinas Peternakan, Perikanan dan Kelautan Mabar melakukan vaksinasi di wilayah Kota Labuan Bajo.

Petugas langsung mendatangi rumah warga yang memiliki anjing kemudian divaksinasi. Sedangkan pemilik hewan yang sulit divaksin langsung dibuat surat pernyataan bersedia dilakukan eliminasi terhadap HPR miliknya. (cc)

Korban Bencana Paga Tanya Relokasi

Selasa, 22 Juni 2010
 
MAUMERE, Pos Kupang.Com -- Paran korban bencana gelombang pasang di pantai selatan Desa Paga, Kecamatan Paga, Kabupaten Sikka mempertanyakan bantuan relokasi rumah yang dijanjikan pemerintah.

Pemerintah telah berjanji akan merelokasi pemukiman warga di pesisir pantai agar tidak terkena bencana lagi. Namun hingga kini janji itu belum juga dilaksanakan.
Demikian keluhan warga di pesisir Paga, Lodovikus Rasi dan Gradus Leta, kepada Pos Kupang, di Paga, Senin (21/6/2010).

Dua korban bencana ini mempertanyakan kapan pemerintah merelokasi warga yang selalu menjadi korban gelombang pasang.

"Kami mau tanya kapan kami dipindahkan ke tempat yang dijanjikan pemerintah itu. Sudah lama kami tunggu tapi belum ada tanda-tanda bahwapemerintah mau pindahkan kami," kata Lodovikus.

Dijelaskannya, pemindahan warga ke tempat baru sesuai instruksi pemerintah telah diikuti warga. Kini warga menanti namun justeru pemerintah yang belum melaksanakan relokasi itu.

"Lokasi sudah ada, tinggal pindah saja, tapi mau pindah bahan bangunan tidak ada," kata Lovovikus.
Gradus Leta menjelaskan, dirinya telah memiliki tanah di Desa Wolowiro tapi dirinya butuh bahan bangunan untuk membuat rumah di tempat yang baru itu. "Kami ada tanah tapi butuh bahan bangunan seperti seng, paku dan semen," kata Gradus.

Pantauan Pos Kupang di Paga, perumahan warga yang terkena gelombang pasang masih tetap ada di lokasi pantai. Belum ada yang pindah atau direlokasi.
Akhir Januari lalu, sebanyak 118 rumah warga di wilayah ini diterjang gelombang pasang. Terjangan gelombang pada malam hari itu mengakibatkan 21 rumah rusak berat dan sisanya terendam air laut.

Tiga unit sarana pendidikan terancam yakni TK Alvares, SMP Alvares dan SMAK Alvares Paga.

Tim Penanggulangan Bencana Alam Kabupaten Sikka telah mengindentifikasi kerusakan rumah dan bangunan akibat terjangan gelombang pasang tersebut. (ris)

Abrasi Terjang Wilayah Ndori

Selasa, 22 Juni 2010
 
ENDE, Pos Kupang.Com---Abrasi  di Desa Maubasa Timur dan Maubasa, Kecamatan Ndori, Kabupaten Ende, sudah dalam tahap mengkhawatirkan. Terjangan  air laut telah mengikis badan jalan di kedua desa dan mengancam perkampungan serta sarana umum berupa lapangan sepak bola di wilayah itu.

Warga Ndori, Gabriel Bali kepada Pos Kupang di Ende, Senin (21/6/2010), mengatakan, sudah lama pantai di desa itu digerus abrasi serius namun belum ada langkah serius dari pemerintah untuk menanggulanginya.
Dia berharap masalah  abrasi tersebut segera ditangani agar kerusakan yang timbul tidak meluas dan lebih parah lagi.

Dijelaskannya, akibat abrasi itu membuat ruas jalan menuju Desa Maubasa dan Maubasa Timur makin sempit karena selalu dikikis air laut. Keadaan ini membuat masyarakat yang menggunakan kendaraan harus ekstra hati-hati saat melewati wilayah itu. Bahkan pada ruas tertentu ada jalur jalan yang praktis tidak bisa dilewati kendaraan karena badan jalan sangat sempit akibat terkikis air laut.

Selain itu, abrasi yang ada juga mengancam keberadaan sejumlah rumah yang berada di pingggir pantai. Sekitar 15 rumah milik warga Desa Maubasa mendapatkan ancaman langsung dari abrasi.
Sarana umum yang juga terancam akibat abrasi adalah tiang listrik yang ada di jalur jalan Maubasa dan Maubasa Timur. Ada sekitar 12 tiang listrik yang terancam.

Terhadap kondisi ini, Bali berharap pemerintah segera turun tangan mengatasinya dengan membangun tembok penyokong agar bisa mencegah abrasi.

"Abrasi yang yang terjadi di Ndori adalah kejadian klasik yang terjadi hampir setiap tahun namun belum mendapat penanangan  optimal dari pemerintah. Padahal abrasi telah berdampak langsung pada sarana umum seperti jalan raya. Apabila tidak segera ditangani maka dikhawatirkan ruas jalan akan putus terkikis air laut,"kata Bali .

Pantauan Pos Kupang  saat melewati daerah itu, pekan lalu, di beberapa titik jalan raya nyaris putus karena terkikis air laut.

Segera Ditangani
Kepala Dinas (Kadis) PU Kabupaten Ende, Mario Lanamana ng dikonfirmasi terpisah mengatakan abrasi di Ndori masuk  kategori bencana alam. Untuk itu pihaknya akan segera menanganinya.

"Kalau dana bencana alam yang kami usulan ke Badan Penanggulangan Bencana Alam Nasional disetujui maka dana tersebut digunakan untuk menanggulangi  abrasi yang terjadi Ndori," kata Lanamana.

Dia mengatakan kasus abrasi yang terjadi di Ndori menjadi prioritas penanggulangan oleh Dinas PU Kabupaten Ende mengingat kasus tersebut sudah lama terjadi. (rom)

303 Km Jalan di Flotim Rusak Berat

Kamis, 24 Juni 201
 
LARANTUKA, Pos Kupang.Com-- Hingga saat  kerusakan jalan dengan kategori berat di wilayah Kabupaten Flores Timur (Flotim) mencapai 303 kilometer (km).  Angka ini mencapai 53 persen dari keseluruhan panjang lintasan jalan di kabupaten ini yang mencapai 572 kilometer.

Kepala Dinas (Kadis) Pekerjaan Umum, Pertambangan dan Energi Flotim, Petrus Pemang Liku, S.Sos, MT mengatakan hal itu di Larantuka, Rabu (23/6/2010).

"Total kerusakan jalan 303 km ini diperoleh sesuai pendataan staf sampai pertengahan tahun 2010. Dari ruas panjang jalan yang ada, 205 km dalam kondisi baik, 62 km rusak ringan dan sisanya 303 km rusak berat," kata Petrus.

Dia mengatakan kerusakan jalan di Flotim diperbaiki sesuai dengan kemampuan keuangan daerah. Sumber dana perbaikan jalan berasal dari dana alokasi khusus (DAK) dan dana alokasi umum (DAU) setiap tahun.
 "Setiap tahun kami mengajukan permintaan bantuan dana ke pemerintah pusat dan lembaga donor lain untuk  mengatasi kerusakan jalan di Flotim. Namun tidak semua proposal dikabulkan," ujar Petrus.

Dia menegaskan,  biaya perbaikan jalan satu kilometer yang masuk kategori rusak berat menelan dana sekitar Rp 900 juta hingga Rp 1 miliar lebih. Total dana yang dibutuhkan untuk memperbaiki kerusakan jalan ini mencapai Rp 300-an miliar.

"Sementara untuk kerusakan jalan kategori ringan setiap kilometernya membutuhkan dana perbaikan sebesar Rp 300 juta. Dengan demikian total dana yang dibutuhkan untuk memperbaiki jalan rusak kategori ringan sebesar Rp 18,6 miliar," kata Petrus.

Tentang alokasi dana untuk perbaikan jalan tahun ini, Petrus menuturkan dana yang dialokasikan untuk perbaikan jalan mencapai Rp 13,8 miliar dari total dana proyek yang masuk ke dinas teknis ini sebesar Rp 22,6 miliar.

Sisanya dana lainnya sebesar Rp 8,8 miliar digunakan untuk pembangunan jembatan, gedung kantor camat, jaringan irigasi, jaringan air bersih, infrastruktur pedesaan, pengendalian banjir, pengaman pantai dan sarana laboratorium. (aly)

LP2Tri Beri Perhatian Tambang Emas Wanggameti

Rabu, 23 Juni 2010
 
WAINGAPU,Pos Kupang.Com---Lembaga Pemantau Penyelenggara Trias Politika Republik Indonesia (LP2Tri) Jakarta memberi perhatian serius terhadap persoalan publik yang terjadi di Sumba Timur, khususnya tambang emas di Kawasan Hutan Wanggameti.

Selain masalah tambang, lembaga itu juga menaruh perhatian pada perkembangan penanganan kasus korupsi APBD II Sumba Timur  senilai Rp 10,5 miliar tahun 2004 sampai tahun 2007. Saat ini penyelesaian kasus ini terkatung-katung dimana BAP tersangka masih  bolak balik penyidik kepolisian dengan kejaksaan.

Untuk mengadvokasi berbagai persoalan tersebut LP2Tri mendatangkan Ketua Tim IX yang membidangi masalah hukum, Dr. Machtiar Siwa, S.H,M.H ke Sumba Timur.
Koordinator LP2Tri NTT, Latifah Bahwati, S.Pd, S.H yang ditemui di Hotel Elvin-Waingapu, Senin (21/6/2010), mengatakan, LP2Tri menaruh perhatian serius pada berbagai persoalan publik yang penyelesaian hukumnya bertele-tele.

Selama berada di Sumba Timur mereka akan bertemu berbagai pihak termasuk para penegak hukum.
Ketua Tim IX LP2Tri, Dr. Machtiar Siwa, S.H,M.H mengatakan, kehadirannya di Sumba Timur selain memantau berbagai kasus yang belum atau lamban penyelesaiannya, juga mendengar berbagai masukan tentang persoalan publik yang bisa ditindaklanjuti di tingkat nasional atau daerah.

Machtiar yang juga anggota Dewan Kehormatan Ikatan Penasehat Hukum Indonesia (IPHI), mengatakan, masyarakat selama ini kesulitan menyampaikan aspirasi tentang berbagai persoalan yang dialaminya karena tidak ada wadah yang menampung. Karena itu, LP2Tri akan menjadi jembatan antara masyarakat dengan pengambil kebijakan termasuk dengan penegak hukum.

Machtiar mengungkapkan, kehadiran mereka di Sumba Timur tidak saja terkait laporan masyarakat tentang masalah tambang emas di Kawasan Hutan Wanggameti, dan kasus APBD Sumtim tapi juga memantau berbagai persoalan di masyarakat yang selama ini belum tertangani dengan baik.

Dia mengatakan, pihaknya membuka ruang untuk publik yang hendak menyampaikan berbagai penyimpangan atau pelanggaran dalam penyelenggaran pemerintahan baik di tingkat daerah maupun nasional.

Masyarakat yang membutuhkan bantuan hukum, katanya, dapat menghubungi nomor 081386422222. Bagi masyarakat kurang mampu akan diberikan konsultasi dan bantuan hukum secara gratis dengan diwadahi LP2Tri. (dea)

Geologi Bandung Teliti Pencemaran Air

Kamis, 17 Juni 2010
 
KUPANG, POS KUPANG.Com-Pemerintah Kota Kupang melalui Dinas Pertambangan dan Energi meminta Badan Geologi Bandung untuk meneliti sumber air permukaan di Kota Kupang yang tercemar.

"Kami sudah mengajukan kepada Badan Geologi Bandung agar bisa melakukan penelitian mengenai sumber air permukaan yang tercemar. Untuk tahap awal, kami sudah melakukan peninjauan lapangan terhadap SPBU dan bengkel motor yang ada di dalam wilayah Oebobo," kata Kepala Dinas Pertambangan dan Energi Kota Kupang, Erwan Fanggidae, S.H, saat ditemui di kantor Walikota, Selasa (16/5/2010).

"Pekan lalu, kami sudah turun ke empat bengkel motor yang ada di wilayah Oebobo dan juga di SPBU. Kami ingin melihat sistem pembuangan mereka. Kami ke sana karena kami memperkirakan adanya kebocoran dari tempat-tempat tersebut sehingga mempengaruhi mata air Oeba karena tanah di Kota Kupang adalah jenis tanah berongga," ujarnya.

Setelah melihat secara langsung, lanjut Fanggidae, ternyata bengkel tersebut memiliki tempat penampungan sendiri karena oli-oli bekas itu memiliki nilai jual lagi. Sedangkan hasil di SPBU ternyata mennurut petugas, setiap malam dan pagi hari dilakukan pengukuran terhadap BBM yang ada di dalam tangki dan ternyata tidak mengalami pengurangan.

Menurutnya, dari Badan Geologi sudah menyetujui untuk  mengajukan anggaran untuk penelitian tersebut karena masalah air ini berdampak luas pada masyarakat dan merupakan kebutuhan.

"Penelitian membutuhkan biaya yang cukup besar sehingga dari pemkot Kupang diminta untuk segera membuat proposal kepada Badan Geologi," ujar Fanggidae. (ira)

Lumpur di Pantai Beringin Mulai Tutupi Jalan

Sabtu, 19 Juni 2010
 
KUPANG, POS KUPANG.Com -- Semburan lumpur dingin di Desa Pantai Beringin, Kecamatan Sulamu, Kabupaten Kupang, mulai meluber hingga menutupi badan poros jalan utama ke wilayah tersebut.

Informasi yang diperoleh dari Camat Sulamu Ren Dano yang membawahi Desa Pantai Beringin, di Kupang, Jumat (18/6/2010) menyebutkan, semburan lumpur dingin itu sudah berlangsung lama pada beberapa titik.

Semburan lumpur dingin terjadi di bukit Sonu,  RT 06 RW 3 Desa Pantai Beringin, Kecamatan Sulamu, Kabupaten Kupang. Semburan terjadi setiap 15 - 30 menit dengan ketinggian 10- 25 centimeter. Diameter lubang semburan pun semakin besar.

Fenomena alam ini sudah berlangsung lama. Namun baru sebulan lalu, dari lubang semburan tidak lagi keluar air asin, berganti dengan lumpur yang mirip cairan semen.

Salah satu titik semburan, terjadi di dekat poros jalan utama ke wilayah itu meluber dan mulai menutupi badan jalan.

Padahal, jalan utama ke wilayah itu menghubungkan wilayah Kecamatan Fatuleu Barat, Amfoang Utara dan Amfoang Selatan, sekaligus urat nadi kehidupan ekonomi masyarakat dari dan ke Kupang, ibu kota Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT).

Warga yang melintasi poros jalan tersebut, kata dia, harus hati-hati melintas, karena lumpur dingin itu licin dan bisa memicu kecelakaan lalu lintas.   

Camat Sulamu dalam surat kepada Bupati Kabupaten Kupang Ayub Titu Eki menyebutkan, semburan lumpur dingin itu sudah berlangsung lama. Meskipun semburan tergolong kecil, namun lumpur dingin yang menyembur terus menerus menutup badan jalan dan membahayakan pengguna jalan.

Dia minta bantuan kepada pemerintah Kabupaten Kupang mengirim sebuah tim survei untuk meneliti lumpur dingin yang menyembur di Desa Pantai Beringin dan kemungkinan menutup lubang semburan agar tidak semakin meluber ke badan jalan.

Pemkab, kata dia, bisa membangun parit di pinggir jalan agar lumpur mengalir mengikuti parit, bukan meluber ke badan jalan dan  membahayakan pengendara kendaraan bermotor.

Pihaknya bersama masyarakat di Desa Beringin, katanya, sudah berinisiatif menggali parit darurat guna mengalirkan lumpur ke arah lahan yang biasa dimanfaatkan sebagai padang penggembalaan.

Namun, menurut dia, sebaiknya parit dibangun secara permanen.

Penggalian parit darurat itu, kata dia, bisa mengalirkan sebagian lumpur dingin sehingga tidak menggunung dan menutupi badan jalan. Sejauh ini, lalu lintas dari dan ke wilayah itu lancar, hanya ketika melintas di dekat areal semburan lumpur, pengendaraan kendaraan bermotor harus hati-hati, agar tidak terpeleset. (ant)

Bentrokan di Oesapa: Satu Tewas, Dua Sekarat

Senin, 8 Maret 2010
Tiga Rumah dan Lima Sepeda Motor Dibaka
 
POS KUPANG/OBBY LEWANMERU
Yohanis Bira, warga asal Sumba Barat yang menjadi korban pertikaian di Oesapa. Tampak anak panah masih menancap pada bagian kiri pinggang korban ketika dirawat di UGD RSUD Kupang, Sabtu (6/3/2010)

 
 
Warga yang meninggal dunia bernama Fredrikus LS Neno Nahak (23), asal Kabupaten Belu. Fredrikus meningga terkena anak panah  dalam bentrokan tersebut. Ia tinggal  di Kos Bogenvil di Jalan Suratin, Oesapa. Dua korban yang sekarat, yakni Yohannis Bira, dan Kristian Umbu Ledo. Hingga pukul 12.00 Wita Sabtu kemarin, pada pinggang kiri Yohannis masih tertancap anak panah. Sedangkan Umbu Ledo terkena panah pada betis kiri.
Bentrokan itu juga menyebabkan tiga rumah semi permanen ludes  dibakar. Selain itu, lima unit sepeda motor milik mahasiswa yang menempati kamar kos di Kos Bogenvil juga ludes dibakar.
Dalam bentrokan itu puluhan orang yang datang memakai cadar di bagian wajah. Mereka membawa senjata tajam seperti parang, anak panah dan kelewang langsung mengobrak-abrik 19 kamar kos yang ditempati mahasiswa. Para pelaku juga membakar lima unit sepeda motor milik mahasiswa setempat. Dalam bentrokan itu, Fredrikus LS Neno Nahak (23), tewas terkena panah.
Ketua Asrama Bogenvil, Yos Malo (29), mengatakan, para pelaku melempar dan merusak kaca-kaca jendela menggunakan parang dan batu sehingga susana sangat mencekam. "Kami tidak bisa keluar dari dalam kamar karena para pelaku begitu beringas merusak dan melepar kamar-kamar dengan menggunakan batu.  Kami lebih memilih mengurung dalam kamar," ungkap Yos Malo, dibenarkan beberapa mahasiswa lainnya.
Korban Fredrikus LS Neno Nahak, jelas Malo, sempat terkena panah yang ditempak para pelaku penyerangan. "Saya tidak tahu bagaimana kronologi korban terkena panah. Ketika kami keluar dari kamar, Fredrik sudah dibawa ke RSU Kupang oleh warga. Saat kejadian kami hanya mendengar teriakan korban, aduh," kata Malo.
Disaksikan Pos Kupang di tempat kejadian perkara (TKP), lima unit sepeda motor yang diparkir di depan kamar kos para mahasiswa di Kos Bogenvil, Jalan Suratin, hangus dibakar para pelaku saat kejadian berlangsung.  Sedangkan tiga rumah yang turut dibakar dalam bentrokan itu, yakni Asrama Lohina, dan dua rumah warga milik Umbu Sulung dan Stef, di ruas Jalan Jati Roso, RT 15/ RW06 Kelurahan Oesapa.
Aparat kepolisian dari Polresta Kupang yang dipimpin Kabag Ops Kompol Mohamad Fadris Fangun, S,IK dan Kapolsekta Kelapa Lima, Iptu Hariyo Basuki, melakukan penyisiran ke sejumlah tempat di sekitar TKP, untuk mencari para pelaku.
Dalam penyisiran itu puluhan anak panah dan tiga orang pemuda yang diduga terlibat dalam peristiwa tersebut diamankan polisi. Selain itu, Polresta Kupang juga telah mengamankan belasan pemuda dari kedua pihak yang diduga ikut terlibat dalam bentrokan itu.
Kapolresta Kupang, AKBP Heri Sulistianto, melalui Kasat Reskrim Polresta Kupang, AKP Yeter B Selan, mengaku belum mengetahui persis  motif peristiwa itu. "Kasus ini masih dalam  penyelidikan pihak kepolisian," kata Selan.
Informasi yang dihimpun d i  RSUD Kupang, menyebutkan, mata panah yang ada pinggang kiri Yohannis Bira dan dibetis kiri Umbu Ledo, diangkat tim medis melalui operasi sekitar pukul 15.00 Wita.
Paman korban, Yonas Tau Nahak  ditemui di  Intalasi  Pemulazaran Jenazah (IPJ) RSUD Kupang,menjelaskan, Fredrikus adalah korban salah sasaran dari dua kelompok warga yang sedang bertikai. Di Oesapa Fredrikus  tinggal di asrama Bogenvil. Sebelum terjadi  pertikaian, dia sedang  berada dalam  kamar kos. Saat sekelompok orang masuk dalam kamarnya, Fredrikus hendak lari menyelamatkan diri. Namun saat dia baru keluar dari pintu kamar kosnya, dua anak panah menghujami   tubuhnya. Satu anak panah tertancap di bagian uluhati dan satu  lagi  tertancap di selangkangan paha bagian kanan.
"Kami keluarga meminta aparat kepolisian dan Pemerintah Kota kupang, mengusut tuntas para pelaku pertikaian yang menewaskan anak kami," pinta Yonas.
Yonas mengatakan, Fredrikus anak bungsu dari empat bersaudara .Tiga  orang saudaranya wanita semua. Fredrikus anak dari pasangan Anderias Neno dan  Florentina Bui, warga Kampung Weoe, Kecamatan Weuwiku, Kabupaten Belu. "Jenazah korban   hari ini akan dibawa kampung halamannya,"tutur Yonas.
Wakil Walikota Kupang, Drs. Daniel Hurek, ditemui di IPJ RSUD Kupang mengatakan, seluruh biaya pengobatan dan  perawatan untuk  tiga korban akan ditanggung Pemkot Kupang. "Pemkot Kupang menyiapkan dana  untuk tiga korban," ujarnya.
Ditanya sikap Pemkot Kupang terkait pertikaian dua kelompok mahasiswa, Hurek mengatakan, Pemkot Kupang dan semua jajaran terkait  akan memediasi kembali pertemuan antara dua kelompok mahasiswa tersebut. ''Peristiwa ini terjadi karena adanya kerenggangan  hubungan  persaudaraan sosial antara dua kelompok," ujarnya. (ben/den)
Si Bungsu Itu Telah Pergi
SUASANA di ruang jenazah RSUD Prof. Dr. WZ Johannes-Kupang  yang berukuran sekitar 3 x 6 meter pada Sabtu (6/3/2010) berbeda dengan hari-hari sebelumnya. Isak tangis silih berganti terdengar dari luar ruang jenazah itu.
Di luar berkumpul keluarga, kenalan, handai tolan,  kerabat dan teman dari Fredrikus LS Neno. Ia adalah salah satu korban pertikaian antara dua kelompok warga di Kelurahan Oesapa.
Kematian  bagi manusia memang  sangat ditakuti, namun jika takdir itu datang tidak seorangpun dapat menahannya. Kematian Fredrikus, sama sekali tidak disangka keluarganya. Sebab, pPutra kelahiran Weo Oe, Kecamatan Wewiku, Kabupaten Belu, 17 November 1986 silam, merupakan anak bungsu dari empat bersaudara. Fredrikus memiliki tiga orang saudar, yakni Ari, Dati dan Ros.
Di ruang IPJ RSUD, jenazah Fredrikus ditempatkan pada tempat tidur kedua. Jenazah Fredrikus dikelilingi keluarga, teman dan kenalannya. Hadir juga Wakil Walikota Kupang, Drs. Daniel Hurek. 
Sementara di dalam ruang  itu, terlihat dua tanta Fredrikus yang tidak henti-hentinya menangis.  Korban mengenakan baju kaos belang dan celana jeans hitam. Fredrikus meninggal dalam bentrokan di Oesapa akibat dua kali terkena panah. Satu pada   paha kiri dan satu panah di bawah dada. "Dia (Fredrikus, Red) adalah satu-satuny anak laki- laki  dari empat bersaudara. Jadi, kami merasa kehilangan dia. Apalagi dia sedang kuliah," ujar Rudiana Bete, tanta dari Fredrikus.
Buah kasih pasangan Adrianus Neno dan Florentina Bui, ini sebagai salah satu tulang punggung keluarga. Karena itu, tutur Rudiana,  keluarga bersepakat menyekolahkan Fredrikus agar kelak bisa menjadi orang. Tujuannya, lanjut Rudiana, agar Fredrikus bisa membantu keluarga dan orang tua.
Sebagai anak laki-laki tunggal, demikian Rudiana, Fredrikus tidak seperti kebanyakan orang  yang dengan statusnya kemudian angkuh dan tidak mau tahu dengan kondisi keluarga. "Fredrikus sebagai tumpuan keluarga selama ini sehingga kami berupaya dia  kuliah. Tetapi, sekarang apa mau dikata, ia sudah pergi tinggalkan kami semua," kata Rudiana.
Maria Tahu Aek, salah satu keluarga korban, mengisahkan, korban selama ini Fredrikus tidak ada masalah dengan siapapun. Karena itu kematian Fredrikus tidak disangka-sangka oleh keluarga. "Fredrikus ini anak laki-laki bungsu dan dia tidak punya masalah dengan siapa-siapa. Kami sangat sedih atas kepergian Fredrikus untuk selama-lamanya," tutur Maria.
Fredrikus adalah mahasiswa FKIP Jurusan Pendidikan Jasmani, Kesehatan dan Olahraga, Universitas Kristen Artha Wacana (UKAW) Kupang. Saat ini Fredrikus duduk di semester VI.
Tentang keseharian Fredrikus sebagai mahasiswa, beberapa temannya menuturkan, Fredrikus adalah sosok pendiam dan suka membantu teman yang membutuhkan. "Di kampus Fredrikus  kami kenal sebagai orang yang pendiam dan suka menolong. Fredrikus juga tidak suka membuat masalah, apalagi bermasalah dengan orang lain. Kami sangat kaget dengar kematian ini," kata mereka.
Ipar kandung Fredrikus,  Yanto mengatakan, kasus yang menimpa Fredrikus merupakan sesuatu yang pahit baginya. Sebab, korban  dikenal pendiam dan tidak angkuh bisa mendapat musibah tersebut.  "Kami tinggal di Lasiana, sedangkan Fredrikus kos di Jalan Suratim. Kami dapat informasi Fredrikus terkena musibah beberapa saat setelah insiden. Kami masih dapat dia, tapi dalam keadaan kritis," tutur Yanto. (yel)

Dua Jam Bergelut dengan Maut

Kamis, 24 Juni 2010
Enam Warga Bone Selamat
 
KUPANG, POS KUPANG.Com -- Enam orang warga Selayar, Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan, yang menumpang Kapal Motor (KM) Restu Ilahi menuju Wetar, Kabupaten Maluku Barat Daya, selamat setelah dua jam bergelut dengan maut menyusul tenggelamnya kapal yang mereka tumpangi di perairan Maritaing, Kabupaten Alor.
Juragan KM Restu Ilahi, Ardyanto kepada Pos Kupang di Kantor Dinas Sosial NTT, Senin (21/6/2010), menjelaskan, kecelakaan laut itu terjadi ketika kapal yang berbobot lima ton itu dalam perjalanan dari Pulau Selayar menuju Pulau Wetar, 6 Juni 2010 lalu.
Ketika sudah memasuki perairan Maritaing tanggal 9 Juni 2010 sekitar pukul 03.00 Wita, lambung kapal bagian depan pecah hingga air laut masuk ke dalam kapal.
Para ABK dan dua penumpang, antara lain Jarmin, Syaiful, Akbar, Mujakrin, Amran dan juragan Ardyanto berusaha mengeluarkan air laut yang masuk ke dalam lambung kapal.
Namun usaha para ABK itu tidak membuahkan hasil, karena air laut terus masuk lalu merendam mesin kapal sebelah kanan. "Selama dua jam kami bergelut dengan maut di laut. Kami terus berusaha agar mesin kapal sebelah kiri tidak terendam air sehingga kami terus berlayar. Namun sekitar 500 meter menjelang pantai Maritaing,  kapal kami tenggelam sehingga semua penumpang berusaha berenang menuju pantai. Kami langsung ditolong Babinsa di Maritaing," kata Ardyanto.
Para awak dan penumpang KM Restu Ilahi  milik Patah, salah seorang warga Wetar langsung dievakuasi ke Kalabahi. "Kami ke Kupang setelah difasilitasi Pemda Alor. Kami akan pulang lagi ke Selayar dengan biaya Dinas Sosial NTT karena kami sudah tidak memiliki uang untuk biaya kapal pulang ke kampung di Selayar," kata Ardyanto. (ben)