Minggu, 20 Juni 2010

Tiga PRT asal Manggarai Tersiksa di Medan

Senin, 14 Juni 2010 
Badan Tinggal Tulang dan Kudisan
 
Rosi Nunet salah seorang PRT yang disiksa majikannya di Medan.



BORONG, POS KUPANG.Com -- Kisah sedih tentang pembantu rumah tangga (PRT) terulang. Kali ini menimpa tiga perempuan muda asal Kecamatan Kota Komba, Kabupaten Manggarai Timur (Matim).

Selama 17 bulan bekerja sebagai PRT di Medan, Sumatera Utara mereka sungguh tersiksa. Bekerja tanpa gaji dan disiksa majikan. Saat pulang ke kampung halaman badan mereka tinggal tulang dan kudisan.

Ketiga wanita malang itu adalah  Rosiana Nunet (21) asal Kampung Sola, Desa Ruan, Kecamatan Kota Komba, Imaculata Endu (23) asal Kampung Melar, Kecamatan Kota Komba, dan Herlinda Meo (23) asal Kampung Wejang Kalo, Kelurahan Kota Ndora, Kecamatan Borong, Matim. Ketiga perempuan ini direkrut Hendrikus Lassa alias Kuang, warga  Manggarai.

Saat ditemui FloresStar di rumahnya, Sabtu (12/06/2010), Rosi Nunet mengatakan, pada tanggal 29 Januari 2009, Hendrikus Lassa alias Kuang menemuinya di rumah. Saat itu Kuang menjanjikan pekerjaan sebagai PRT di Surabaya dengan gaji Rp 400 ribu per bulan dengan kontrak kerja selama dua tahun.

Mendapat tawaran kerja dengan gaji sebesar itu, orangtua Rosi langsung mengiyakannya dan mengizinkan Rosi pergi ke Surabaya melalui Ruteng. Setibanya di Ruteng, Rosi menetap sementara di rumah  dokter Yeni untuk mengurus KTP.


Ternyata Rosi bukan ke Surabaya tetapi ke Medan melalui Denpasar. Dokter Yeni diketahui sebagai anak dari majikan di Medan. Setiba di Medan, ia dipekerjakan pada majikan bernama Posiman Tuaca alias Asom sebagai pembantu rumah tangga.
Menurut Rosi Nunet, dia bekerja tanpa istirahat yang cukup. Demikian pula dengan makanan. Dia diberi makan seadanya dan tidak teratur. Dalam sehari kadang hanya makan mie instan satu bungkus. Tidur pun di lantai tanpa kain dan kasur.

Rosi mengaku sering disiksa istri Asom bernama Mariana  dan anaknya, Beny yang berumur sekitar 30-an tahun. "Kami disiksa, dipukul, rambut dijambak hingga tercabut. Kami juga sering tidur di luar rumah dan tidak dikasih makan, " tutur Rosi Nunet yang badannya penuh kudis.

Menurut Rosi, badannya penuh kudis karena terkena air sabun secara terus-menerus. Dia juga kerja sehari penuh mengepel rumah berlantai empat tanpa istirahat.

Setelah lima bulan Rosi Nunet  berada di Medan, dua rekannya
Imaculata Endu dan Herlinda Meo menyusul. Mereka bertiga bekerja pada majikan yang sama dan sering alami penyiksaan.
Pengakuan senada disampaikan Linda -- panggilan akrab Herlinda Meo  dan Ima -- sapaan Imaculata  saat ditemui FloresStar secara terpisah di kediaman mereka. Menurut Linda dan Ima, mereka dijemput Kuang pada tanggal 7 Mei 2009 untuk bekerja di Medan dengan gaji Rp 350 ribu per bulan.

Nasib mereka ternyata sama seperti Rosi Nunet. Mereka kerap disiksa dengan alasan kerja tidak beres. Mereka bahkan sempat makan beras mentah dan nasi bungkus yang sudah dibuang di tempat sampah. "Kami makan pagi pada jam tiga sore, makan siang pada jam lima sore dan makan malam sekitar jam 12 malam atau jam satu. Tidak ada jam istirahat. Kami kerja terus dari jam enam pagi sampai jam satu malam. Kami pel rumah berlantai empat tanpa istirahat," kata Linda

Tak tahan siksaan ketiganya minta pulang. Akhirnya pada tanggal 8 Juni 2010, mereka bertiga pulang ke Manggarai  dengan biaya ditanggung sendiri.  Sampai di Ruteng, Rosi Nunet diberi uang senilai Rp 3.450.000, obat salep kulit dan vitamin oleh Kuang dan melarang mereka menceritarakan kepada keluarga tentang apa yang mereka alami selama di Medan. Sedangkan Linda dan Ima masing masing mendapat uang senilai Rp 1.550.000 ditambah obat dan vitamin.


Seperti Binatang
Rosi Ima dan Linda meminta Hendrikus Lassa alias Kuang bertanggung jawab atas penderitaan fisik mereka selama di Medan. "Kami tidak tuntut apa-apa. Yang kami minta, Kuang bertanggung jawab mengembalikan kondisi kami seperti dulu. Kami diperlakukan seperti binatang," kata Rosi Nunet.

Ibu dan kakak kandung Nunet, Anastasia Naul (50) dan Fransiskus Papung (32) kepada FloresStar mengatakan tidak bisa menerima perlakuan terhadap anak mereka. "Kami tidak terima perlakuan seperti ini. Kuang harus bertanggungjawab atas anak kami karena saat itu Kuang datang dan janji muluk-muluk, katanya kerja baik dan dapat gaji. Tahu-tahunya anak kami malah dibuat seperti binatang. Pulang dalam keadaan kurus kering dan penuh kudis," kata Naul.

Lain dengan Bonafasia Jain, ibu kandung Herlinda Meo. Dia mengaku sangat marah dan hampir pingsan saat pertama kali melihat kondisi putrinya. "Waktu kami dengar mereka mau pulang, kami sangat senang. Tapi waktu mereka datang, saya hampir pingsan lihat badannya yang kurus kering dan penuh kudis. Saya tidak mau ketemu dia (Linda, Red)," kata Jain. (gg)

Kantongi izin Orangtua


HENDRIKUS Lassa alias Kuang, yang dikonfirmasi FloresStar di kediamannya, Sabtu (12/06/2010), mengatakan saat menjemput ketiga wanita itu ada surat izin dari orangtua mereka masing-masing.

Dia mengaku menjemput mereka secara terpisah untuk bekerja pada keluarganya di Medan. "Ada surat izinnya. Rosi yang kerja lebih dahulu pada bulan Januari 2009 dengan gaji Rp 400 ribu per bulan selama dua tahun. Linda dan Ima dapat  350 ribu per bulan. Mereka pulang lebih awal atas permintaan sendiri sehingga semua biaya ditanggung sendiri," kata Kuang sambil menunjukkan surat pernyataan yang ditandatangani ketiga perempuan itu di atas meterai enam ribu.

Ketika FloresStar meminta kopian surat itu, Kuang sempat menolak. Namun, setelah diberi penjelasan, dia mempersilakan mengutip surat pernyataan itu. Surat berisi pernyataan tidak menuntut majikan atau siapapun terkait tindakan fisik yang dialami dan tentang gaji. Berhubung mereka pulang lebih cepat dari kontrak maka semua biaya ditanggung sendiri.

Mengenai kondisi ketiga PRT, Kuang mengaku tidak pernah membayangkan sampai terjadi penyiksaan seperti itu. Menurutnya, dia merekrut tiga gadis ini atas permintaan dr. Yeni yang merupakan calon istri saudaranya, dr. Ervan di Ruteng untuk bekerja di Medan sebagai pembantu.
"Kami masih ada hubungan keluarga sehingga ketika ada permintaan untuk mencari tenaga yang bisa membantu kerja di rumah, saya langsung cari," katanya. (gg)