Rabu, 23 Juni 2010

Rumput Laut Positif Tercemar

Selasa, 22 Jun 2010
Tumpahan Minyak di Laut Timor

KUPANG, Timex--Rumput laut di perairan Indonesia terutamanya di pesisir selatan Timor Barat, Rote Ndao dan Sabu dipastikan telah tercemar minyak mentah dan zat timah hitam. Hal ini berdampak buruk terhadap manusia akibat meledaknya sumur minyak Montara di Blok Atlas Barat pada 21 Agustus 2009 lalu. Pasalnya, sumur minyak itu menumpahkan pula gas dan kondesat serta zat timah hitam yang sangat berbahaya bagi biota laut dan manusia.

Penegasan ini dilontarkan Ketua Yayasan Peduli Timor Barat (YPTB) Ferdi Tanoni menanggapi pernyataan anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) Paul Liyanto dan Menteri Negara Lingkungan Hidup RI, Gusti Muhamad Hatta yang tidak pernah melakukan penelitian apapun. Namun keduanya berani mengeluarkan pernyataan yang membingungkan masyarakat seolah tumpahan minyak yang mencemari perairan Indonesia bukan berasal dari ladang minyak Montara.

"Timah adalah sejenis sat yang tidak bisa terurai. Bahan berbahaya itu masuk melalui ikan, siput atau kerang laut yang jika dikonsumsi manusia maka racun tersebut secara otomatis akan langsung tertular pada manusia," kata ahli biologi kelautan dari Universitas Nusa Cendana (Undana) Kupang Dr Felix Rebung dan Dr. Yety Darmayati peneliti dari Pusat Oseanografi LIPI yang dikutip Ketua Yayasan Peduli Timor Barat (YPTB) Ferdi Tanoni.

Menurut mantan agen imigrasi Kedutaan Besar Australia ini, pada 4 Januari 2010 direktur laboratorium afiliasi fakultas MIPA dan sains universitas Indonesia mengumumkan hasil uji cobanya terhadap air dan rumput laut yang diambil hanya sekitar 5 km saja dari pantai di Pulau Rote.

Ia mengatakan, dalam laporannya menyebutkan, kadar minyak yang mencemari Laut Timor mencapai 0,28 mg/liter, sedang kadar minyak yang diambil dengan menggunakan sampel dari rumput laut mencapai 3,64 mg/liter.

Ia menambahkan sementara zat timah yang diambil dengan menggunakan sampel air laut mencapai 35,26 mg/liter, sedang sat timah yang diambil dengan menggunakan sampel rumput laut mencapai 29,26 mg/liter.

Pada laporan lainnya juga beber dia, fakultas MIPA universitas Indonesia dalam hasil uji cobanya terhadap air laut yang diambil dari pesisir selatan laut Timor di kabupaten Timor Tengah Selatan menunjukkan bahwa kadar minyak yang terdapat dalam air tersebut mencapai 38,5 %.

"Berdasarkan penelitian environmental pratection agency (EPA), sebuah agen peneliti dari AS, zat timah yang dipandang normal akibat terjadinya pencemaran minyak hanya 3,4 ppb, jika sudah mencapai 35,26 mg/liter maka hal itu sudah masuk dalam kategori sangat berbahaya," ungkapnya.

Hasil uji coba laboratorium fakultas MIPA universitas Indonesia ini jelas dia, diperkuat dengan hasil uji coba laboratorium dan pengakuan dari tim nasional penanggulangan keadaan darurat yumpahan minyak di laut (Timnas-PKDTML).

Selain itu kata dia, leeders consulting Australia Pty.Ltd. sebuah laboratorium independen yang ditunjuk komisi penyelidik Australia untuk melakukan uji coba dan analisa terhadap contoh tumpahan minyak mentah yang dikirim oleh YPTB.

Hasilnya kata dia, positif bahwa tumpahan minyak yang terdapat di perairan Indonesia sama dengan yang dimuntahkan dari ladang Montara. Kalau sudah seperti ini,terus apanya lagi yang mau dipertanyakan dan diperdebatkan.

"Yang perlu sekarang ini adalah mulai melakukan investigasi menyeluruh terhadap kerugian ekonomis dan ekologis yang ada baru bisa mendapatkan angka ganti ruginya," tambahnya.
Sehubungan dengan itu, penulis buku Skandal Laut Timor, Sebuah Barter Politik Ekonomi Canberra Jakarta ini mengatakan, seharusnya yang dilakukan anggota DPD dan DPR RI asal NTT sejak meledaknya sumur minyak Montara Agustus 2009 lalu adalah mendesak Pemerintah untuk melakukan investigasi.

Investigasi kata dia, dilakukan terhadap berbagai dampak kerugian ekonomis dan ekologis yang terjadi serta upaya-upaya penanggulangannya guna mengantisipasi agar tidak tersebarnya tumpahan minyak ini yang hingga saat ini diperkirakan sudah mencapai selatan pulau Flores, Lembata dan Sumba.

"Bukannya dibiarkan berlarut-larut seperti ini,karena masalah tumpahan minyak Montara ini merupakan salah satu bencana lingkungan dan kemanusiaan terbesar di dunia," tambahnya. Selain itu ujar Ferdi Tanoni bahwa semestinya para anggota DPD dan DPR RI asal NTT mendesak Pemerintah untuk segera membantu para saudara-saudari kita yang telah menderita ini dengan menggunakan dana bantuan bencana alam dan dana non bujeter yang ada.

Tindakan seperti inilah kata dia, yang sesungguhnya diharapkan masyarakat karena bukankah para anggota DPD dan DPR RI asal NTT ini mewakili masyarakat NTT untuk mensejahterakan masyarakat NTT. (vit)