Senin, 28 Juni 2010

Polisi Tendang Motor Jefri dengan Kaki Kanan

RABU, 14 OKTOBER 2009
Kapolda belum tahu pelakunya
POS KUPANG/REDDY NGERA
Lalu lintas kendaraan di Jalan Mohamad Hatta, depan RSU Kupang dan swalayan Barata, di tempat tewasnya Kristovel Taebenu, terbagai dua untuk menghindari tumpukan batu, Selasa (13/10/2009).
Sementara Kepala Kepolisian Daerah (Kapolda) Nusa Tenggara Timur (NTT), Brigjen Polisi Drs. Antonius Bambang Suedi, melalui Pelaksana Tugas (Plt) Kabid Humas Polda NTT, Kompol Okto George Riwu, belum mengetahui oknum polisi yang menendang sepeda motor yang dikendarai kedua siswa SMK yang telah meninggal dunia itu.


Hal itu disampaikan Ny. Salomi Nenogasu yang mendatangi Redaksi Pos Kupang dan Kompol Okto George Riwu, kepada wartawan di Mapolda NTT, Selasa (13/10/2009). Salomi Nenogasu mendatangi Redaksi Pos Kupang di Jalan Kenari, setelah memberi keterangan kepada aparat Satlantas Polresta Kupang terkait kasus kecelakaan lalu lintas yang menewaskan Kristovel Taebenu dan Jefri Lay.

"Saat itu saya baru keluar dari rumah sakit (RSU Kupang, Red) menuju trotoar di jalan umum untuk menunggu angkutan pulang ke Tabun. Tiba-tiba ada mobil patroli dari arah Kuanino menuju Kupang. Dari mobil itu ada suara yang berteriak tangkap itu motor," kata Ny. Salomi Nenogasu.

Warga Tabun RT 07/RW 03 Kelurahan Manulai II, Kecamatan Alak, Kota Kupang ini mengatakan, setelah mendengar teriakan dari mobil patroli, muncul satu sepeda motor yang melaju dengan kecepatan tinggi dan pengendaranya tidak menggunakan helm. "Saat itu arus lalu lintas di jalan itu ramai," ujarnya.

Mendengar teriakan dari mobil, tutur Salomi, dua orang anggota polisi yang berdiri di depan swalayan Barata dan anggota yang berdiri di depan RSU Kupang, langsung menuju ke tengah jalan dan diduga untuk menghentikan sepeda motor itu.

Melihat sepeda motor tidak berhenti, kata Salomi, oknum anggota polisi yang berdiri di depan RSU Kupang menendang bagian depan sepeda motor yang dikendarai Jefri Lay dan Kristovel Taebenu, dengan kaki kanan. 

"Saya melihat tendangan anggota polisi itu mengenai sayap kanan sepeda motor. Saya lihat langsung kejadian itu. Yang tendang adalah oknum anggota polisi yang berdiri di depan RSU Kupang. Setelah ditendang, sepeda motor itu jatuh dan terseret mengenai bagian depan angkota Genesis yang dalam posisi berhenti. Sementara kedua korban terpental, salah seorang terpental ke kiri jalan dan satu ke arah angkota Genesis di kanan jalan," ujar Salomi. 

Sopir angkota Genesis, Marthen Daniel Ndolu, mengaku tidak menggilas Kristovel Taebenu, karena posisi angkota saat itu dalam keadaan berhenti. "Ketika kedua korban jatuh menuju angkota Genesis. Kepala korban yang satu pecah akibat benturan di aspal. Bukan karena digilas ban angkota. Setelah membentur angkota, salah seorang korban sempat terpental ke sisi kiri jalan tepatnya di depan dealer Suzuki," ujar Marthen, yang mengaku telah diperiksa penyidik Satlantas Polresta Kupang dengan status sebagai saksi.

Marthen berharap seorang pegawai negeri yang duduk di bagian depan angkota membantunya menjadi saksi. Dan, bisa menghubungi HP nomor 081339161198. "Beliau sempat bilang kepada saya saat itu, siap menjadi saksi. Tetapi, saya tidak tahu alamatnya di mana. Saya sangat mengharapkan bantuan bapak itu untuk menjadi saksi," tutur Marthen.

Sementara itu, Kompol Okto George Riwu menyatakan. pihak Polda NTT belum bisa memberikan keterangan lebih jauh tentang kelalaian oknum anggota polisi yang diduga menendang sepeda motor yang dikendari kedua korban. Sebab, kata Okto, Polda NTT tidak mengetahui persis kronologis peristiwa tersebut. "Kita tunggu hasil olah tempat kejadian perkara (TKP) dan saksi-saksi yang dimintai keterangan di Satlantas," katanya.

Okto menegaskan, keberadaan anggota polisi di TKP saat itu untuk mengatur ketertiban dan kelancaran arus lalu lintas. Namun, lanjutnya, para pengguna jalan khususnya anak-anak muda, apalagi merasa tidak memiliki kelengkapan sepeda motor, ketika berhadapan dengan petugas polisi akan grogi. 

"Kalau dia berhenti saja dan tidak usah melarikan diri, tidak akan berakibat fatal. Kalau berhenti paling-paling menyerahkan kendaraan untuk diamankan polisi daripada melarikan diri risikonya jauh lebih berbahaya seperti jatuh. Kondisi psikis anak yang kurang stabil sangat rawan terjadinya kecelakaan hanya karena takut terhadap polisi yang bertugas di lapangan," kata Okto.

Pecat Pelaku
"Kita minta Pak Kapolda NTT memberikan tindakan tegas terhadap anggota Polda tersebut. Semua orang tahu dan melihat kejadian itu. Sepeda motor yang dikendarai kedua korban ditendang oknum anggota Polda yang bertugas jaga di depan swalayan Barata," kata Dahlan Lay, anggota keluarga korban Jefri Lay kepada Pos Kupang di rumah Yacob Uju Lay, di Sikumana, Selasa (13/10/2009).

Dahlan mengatakan, seharusnya oknum anggota Polda NTT tidak menendang kalau ingin menghentikan kendaraan kedua korban yang melanggar lalu lintas karena tidak memakai helm. "Seharusnya anggota dengan persuasif menghentikan kendaraan itu, bukan diteriakin 'tangkap'-tangkap'. Hal itu membuat anak- anak takut sehingga memacu kendaraan tambah kencang," ujarnya.(ben)