Rabu, 30 Juni 2010

Ira-Irma Dikubur Satu Liang

RABU, 30 JUN 2010
Nakhoda Dibidik Jadi Tersangka





ISAK TANGIS: Suasana duka menyelikuti rumah duka Irma Mauweni dan Ira Mauweni. Kepergian kedua putri kembar ini diratapi sanak saudara seperti diabadikan, Selasa (29/6) kemarin.




KUPANG, Timex--Musibah enam warga Desa Niukbaun Kecamatan Amarasi Barat yang tewas tenggelam di perairan Tabloblong mendapat perhatian serius jajaran Kepolisian Resort (Polres) Kupang. Sejumlah saksi langsung diperiksa penyidik Polres Kupang. Alhasil, nakhoda perahu, Israel Batuk (bukan Mbatu Red) dibidik sebagai tersangka dalam musibah ini. 

Kapolres Kupang, AKBP Dadang Suhendar kepada Timor Express di ruang kerjanya, Selasa (29/6) mengungkapkan, nakhoda perahu, Israel Batuk alias Is, warga Desa Tablolong Kabupaten Kupang, telah diamankan guna dimintai keterangan. "Nakhoda sekaligus pemilik sedang dalam pemeriksaan. Dia (Israel Batuk Red) baru calon tersangka, belum kita tetapkan sebagai tersangka," tegas mantan Kapolres Ngada ini.

Statusnya jelas dia, bisa ditingkatkan menjadi tersangka bila ternyata dalam pemeriksaan ditemukan keterangan yang menguatkan. Tersangka (nakhoda perahu Red) akan dijerat dengan pasal 359 KUHP tentang kelalaian hingga menyebabkan matinya orang.
Selain melakukan pemeriksaan terhadap para saksi kata dia, juga sudah dilakukan olah TKP dan mengamankan barang bukti sebuah perahu yang dipakai para korban. Termasuk melakukan visum et repertum terhadap para korban .

Kapolres Dadang Suhendar menambahkan, kejadian naas terjadi karena perahu yang dinakhodai Israel Batuk membawa 15 penumpang untuk berkeliling di laut. Waktu putaran pertama, perahu tersebut hanya memuat 10 orang. Setelah berputar-putar, perahu kembali ke pantai. Saat itulah Pdt. Leny Mansopu bersama salah satu korban naik dan kembali berputar di perairan Tablolong. "Sekitar 200 meter dari pantai, perahu miring. Karena miring, ada penumpang yang menyelamatkan diri dengan terjun ke dalam laut," ujarnya. 

Sayangnya kata dia, dari 15 orang itu, hanya Israel dan dua anaknya saja yang bisa renang, sedangkan 12 lainnya tidak bisa renang, sehingga tidak mampu menyelamatkan diri. 
Is Batuk mengaku perahunya disewakan dengan memungut biaya sebesar Rp 2000 per orang. Saat itu ada 10 orang yang naik pertama dan putar-putar di laut. Setelah itu, dia membawa perahu itu pulang. Saat dibibir pantai, ibu Pendeta mau putar lagi.

Karena permintaan, dirinya mengiyakan dan bawah mereka putar lagi. Naas, karena saat sudah sekitar 200 meter, kapal miring dan semua terjatuh ke laut. Saat jatuh ceritanya, ternyata bayak yang tidak bisa renang, sehingga sulit dibantu. 

Ditanya kenapa sampai para penumpang bisa terjatuh ke laut, Is Batuk mengatakan selain banyak yang duduk di atas dek, juga banyak yang duduk di sebelah kiri sehingga membuat perahu miring sebelah.

Dicecar apakah dirinya sempat memberi peringatan kepada para penumpang untuk duduk dengan baik, Is Batuk mengaku dirinya meminta kepada para penumpang. "Beta su bilang, semua duduk dibawah dan bagi kiri kanan. Tapi dong sonde mau, hingga perahu miring," ujar Is Batuk. 

Pantauan koran ini, perahu naas yang menewaskan enam warga Desa Niukbaun Kecamatan Amarasi Barat Kabupaten Kupang masih berlabuh bersama perahu lainnya di perairan Tablolong. Tidak terlihat police line yang terpasang untuk mengamankan barang bukti sebagaimana kasus-kasus lainnya. (lok/kr-9)