Jumat, 18 Juni 2010

Harga Kakao dan Kopra di Watuneso Merosot

Jumat, 18 Juni 2010
Dipermainkan Tengkulak

ENDE, Pos Kupang.Com-- Harga hasil bumi seperti kakao dan kopra milik petani di Kelurahan Watuneso, Kecamatan Lio Timur, Kabupaten Ende merosot. Kondisi ini sangat merugikan petani setempat.  Pasalnya, harga hasil bumi seperti kakao dan kopra selalu naik turun/tidak stabil membuat petani selalu merugi. Petani minta pemerintah campur tangan soal harga.
Demikian keluhan beberapa petani Watuneso, kepada Pos Kupang, Kamis (17/6/2010) siang.

Para petani ini, yakni Grasia Pah, Yuliana Seja, Emerensiana Seku, dan Yudith Ndeo. Mereka mengeluh soal harga kakao yang tidak stabil dan cenderut mersot harganya. Kondisi ini sudah berlangsung lama. Anehnya, pemerintah tidak memberikan sanksi kepada para tengkulak ini.

"Perubahan harga terjadi setiap minggu. Kadang harga baik tapi lebih banyak yang harganya merosot," kata Grasiana
Dijelaskannya, harga kakao dari Rp 20 ribu/kg turun menjadi Rp 15 ribu/kg. Harga yang tidak stabil ini membuat petani bingung.


"Harga sudah tidak baik lalu hasil kakao juga menurun karena  diserang hama. Kami bingung dan pusing. Kami sebagai etani hanya pasrah dan tidak bisa buat apa lagi," kata Grasiana.
Hal yang sama dipaparkan Yuliana. Dia mengatakan, selain kakao, harga kopra mersot dan membingungkan petani di Watuneso.

"Penjual kopra paling banyak dari wilayah Paga dan Maumere. Hari ini harganya lain dan besok sudah lain lagi harganya. Kami terpaksa menjual saja yang penting cepat terjual dan kami bisa membeli beras untuk makan," kata Yuliana.
Para tengkulak ini, kata Yuliana, sering menurunkan harga semaunya. Petani dibuat tak berdaya dan tidak mendapat untung. Petani memilih mencari pekerjaan lain seperti menjual kayu bakar di jalan negara.

Dijelaskannya, hasil kopra setiap tahun selalu melimpah. Namun petani tidak pernah untung karena permainan harga dari para tengkulak. "Tanaman kakao dan kopra juga terkena serangan hama," kata Yuliana.(ris)