Rabu, 30 Juni 2010

Bayar Rp 1.000 untuk Mati

RABU, 30 JUNI 2010
Wisata Rohani Berujung Maut
KUPANG, POS KUPANG.Com -- Dengan membayar Rp 1.000/orang, para remaja dari Desa Niukbaun-Amarasi Barat ingin merasakan bagaimana berlayar dengan perahu menyusuri pantai Tablolong. Namun apes, mereka seakan pergi menjemput maut. Perahu terbalik dan enam remaja mati sia-sia karena tidak tahu berenang.


Perahu bermesin tempel yang dijalankan oleh Israel Mbatu itu ditumpangi belasan orang, termasuk Mbatu. Saat melewati alur gelombang, perahu tanpa cadik itu mulai oleng. Anak-anak desa yang tidak terbiasa naik sampan atau perahu itu pun panik, ikut-ikutan oleng. Duduk jadi tidak tenang. Pegang sana, pegang sini dan yang lain mulai berdiri dari tempat duduknya. Perahu pun terbalik dan menumpahkan semua ke laut di petang hari Senin (28/62010) itu. 

Enam remaja tanggung, Noldi Rasi (18), Hendrik Kase (18), Santi Timaubes (14), Alexander Nifu (17), Ira Maweni (17) dan Irma Maweni (17), tewas tenggelam. Yang lainnya beruntung karena memegang badan perahu yang sudah terbalik dan sisanya diselamatkan oleh Mbatu dan warga Tablolong.

Ismael Mbatu, pria yang menjalankan perahu mesin tempel itu, tentu tidak bermaksud menjerumuskan muda- mudi Gereka Eklesia Niukbaun-Amarasi Barat itu, ke dalam bahaya maut. Dia menyewakan perahu tanpa cadik itu kepada anak-anak desa yang jauh dari laut itu untuk merasakan bagaimana merasakan kendaraan laut itu.

Namun atas kelalaiannya itu, Mbatu sudah diamankan di Mapolsek Kupang Barat untuk dimintai keterangannya. Kelalaiannya itu fatal karena "menghabiskan" enam anak-anak muda yang siap mengikuti Sidi di Gereja Eklesia Oerantium-Niukbaun.

"Sesuai keterangan dari Mbatu, saat itu angin tidak terlalu kencang dan ada  ombak tapi tidak terlalu besar. Karena perahu oleng, para penumpang panik dan mulai begeser dari satu tempat ke tempat sehingga perahu miring dan langsung terbalik," kata Kapolsek Kupang Barat, AKP Fransiskus X Keyn, Selasa (29/6/2010).

Mengutip keterangan Mbatu kepada polisi, Kapolsek Keyn menceritrakan bahwa sebelum kecelakaan itu terjadi dia sudah membawa sembilan remaja berkeliling dengan perahu yang sama. Pada pelayaran kedua, katanya, sudah sembilan orang di  atas perahu dan perahu sudah jalan sekitar 40 meter dari bibir pantai. Namun saat itu tiga orang lainnya, termasuk Pdt. Leny Mansopu memanggil dari daratan dan meminta ikut dalam pelayaran itu.

Mbatu membawa perahu kembali ke tepi untuk membuat tiga orang itu. Setelah semua naik, perahu mulai jalan lagi perlahan. Baru sekitar 50 meter dari bibir pantai, dimana kedalaman air sekitar dua meter, muncul gelombang kecil yang membuat perahu oleng. Saat itulah penumpang panik, mulai berpegangan dan ada yang pindah dari tempat duduknya. Keseimbangan perahu tidak terjaga lagi dan perahupun terbalik.

Kepada polisi, Mbatu mengaku sempat menyelamatkan dua orang penumpang, termasuk Pendeta Mansopu. Sedangkan yang lainnya berusaha sendiri, ada yang memegang bodi perahu yang sudah terbalik itu dan yang lainnya tenggelam.

Data di Polsek Kupang Barat, penumpang yang selamat adalah Ferdi Doko, Agustinus Nefa, Mariana Nepo Rasi, Rudi Mokos, Pdt. Leny Mansopu dan Dedi Mokos. (ben)