Senin, 24 Mei 2010

Hasilkan 10,5 Ton per Hektar

Rabu, 30 Dec 2009
WAINGAPU, Timex - Gubernur NTT, Frans Lebu Raya, Senin (28/12) lalu melakukan panen perdana jagung komposit di Desa Kiritana Kecamatan Kambera Kabupaten Sumba Timur.

Penangkaran jagung oleh petani Kiritana dibawah bimbingan FAO NTT itu seluas 8 hektar di sekitar daerah aliran sungai (DAS) yang ada di wilayah tersebut. Per hektar, menghasilkan sedikitnya 10,5 ton jagung.

Dalam sambutannya, Gubernur Lebu Raya menegaskan, pengembangan tanaman jagung pada musim kemarau di Kabupaten Sumba Timur dan Sumba Barat Daya oleh FAO merupakan langkah positif dan strategis yang sangat membantu petani dan warga di dua kabupaten itu dalam hal ketersediaan pangan.

Sumbangan dana yang cukup besar oleh FAO paparnya, bukan cuma pengembangan tanaman jagung tapi juga sayur-mayur dan seluruh sarana pendukungnya. NTT jelasnya, adalah provinsi kepulauan dengan iklim kering yang berkepanjangan, berpotensi menyebabkan terjadinya penurunan produksi sehingga hampir setiap tahunnya, NTT selalu dilanda persoalan rawan pangan dan gizi buruk.

“Banyak kendala yang menjadi pembatas dalam upaya peningkatan produksi pertanian antara lain, perubahan cuaca dengan isu el nino yang mengakibatkan berubahnya periode awal dan akhir musim hujan pada musim tanam ini.

Dampaknya sangat besar pada produksi hasil pertanian dimana para petani kita cenderung merasa ragu-ragu untuk menanam. Selain itu juga sering terjadi curah hujan yang berlebihan yang berdampak pada kerusakan tanaman akibat banjir dan tergenang air sehingga juga akan menurunkan produksi pertanian,” ingatnya.

Untuk itu, Lebu Raya mengharapkan peran dan dukungan aktif penyuluh pertanian sebagai upaya antisipasi terhadap kegagalan panen. Dikesempatan yang dihadiri bupati Sumba Timur, Gidion Mbilijora, Sekda Umbu Hamakonda dan seluruh unsur Muspida, para pejabat Pemprov NTT dan ratusan warga Desa Kiritana itu, Gubernur Lebu Raya meminta warga yang didukung pemerintah dan lembaga mitra dapat mengembangkan areal serta peningkatan produksi jagung sebagai suatu langkah nyata untuk meningkatkan kesejahteraan melalui melalui semangat Anggur Merah.

Jagung demikian Lebu Raya, merupakan komoditas unggulan nasional juga daerah NTT yang akan terus didukung dari sisi pendanaan. Secara nasional jelas ketua DPD I PDIP NTT ini, Provinsi NTT termasuk dalam urutan keenam dari sisi pencapaian produksi.

“Potensi lahan kita cukup besar untuk mencapai target yang telah ditetapkan sehingga kita tidak perlu mengharapkan perdagangan antar pulau dari wilayah luar NTT. Pasaran jagung saat ini juga sangat menjanjikan baik didalam maupun di luar negeri.

Dalam kesempatan ini, saya juga menghimbau agar kita tidak malu mengkonsumsi pangan lokal baik itu ubi, jagung, pisang, shorgum dan lain sebagainya karena nilai gizinya juga tidak kalah dengan beras,” tegasnya.

Sementara itu, kepala perwakilan FAO NTT, Ted Burke dalam sambutannya mengungkapkan, proyek tersebut didanai oleh Echo, sebuah lembaga dari Uni Eropa bagian emergensi. “Dalam proyek ini, FAO bekerjasama dengan pemprov dan pemkab/pemkot guna memberikan bantuan fisik dan tehnis untuk melaksanakannya yang bertujuan mengurangi dampak dari kejadian-kejadian yang beruntun di bidang ketahanan pangan melalui dukungan dari kegiatan pertanian dan perencanaan, pengawasan dan respon yang baik oleh kelompok petani dan masyarakat setempat,” ujarnya seraya menjelaskan, ouput yang dihasilkan dari proyek tersebut yakni analisis ketahanan pangan dan gizi yang berbasis mata pencaharian dimana kegiatan tersebut sudah selesai untuk tujuh kabupaten di NTT yang dimaksudkan agar dapat digunakan pemerintah guna membantu dari sisi perencanaan dan pengambilan keputusan pada proses anggaran tahunan.

Out put kedua sambungnya, kurang lebih 7.500 kepala keluarga petani akan terlibat langsung dan didukung untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan dalam rangka meningkatkan daya tahan dari faktor-faktor dimana ketahanan pangan terancam.

“Proyek ini terfokus pada produksi pertanian, managemen air dan penyimpanan hasil panen. Proyek ini mulai dilaksanakan di lapangan pada bulan April 2009 lalu berupa kegiatan melatih dan mendorong 60 kelompok tani untuk menjadi kelompok petani penangkar benih jagung komposit. Melatih dan mendorong 200 kelompok tani untuk menjadi produsen pisang kapok yang berkualitas. Melatih 250 kelompok petani melakukan penanaman sayur mayor, melatih enam orang pandai besi dan staf pemerintah untuk membuat dan mempromosikan tehnologi silo dan juga melatih 250 petani untuk membuat tendon air dari bahan sederhana tapi bermanfaat untuk penyimpanan air di musim kemarau,” paparnya.

Menurut Ted Burke, di Kabupaten Sumba Timur, proyek tersebut dilaksanakan di 11 kecamatan dan 40 desa dengan 146 kelompok petani dan 3.276 KK. Untuk Kabupaten Sumba Barat Daya tambahnya, kelompok petani yang dibantu FAO sebanyak 195 yang tersebar di delapan kecamatan dan 78 desa dengan 4.491 KK. “Total jumlah kelompok petani sebanyak 341 dengan 7.767 KK (38,845 persen),” tukasnya.

Disaksikan wartawan, acara tersebut berakhir dengan dialog dan penanaman pohon cendana serta pemberian bantuan ternak dan bibit jagung komposit pada warga oleh Gubernur Lebu Raya. (jun)