Rabu, 23 Juni 2010

Tinggi Gelombang Berkisar 3-5 Meter

Selasa, 22 Jun 2010
Semua Lintasan ASDP Batal Berlayar

KUPANG, Timex - Semua lintasan pelayaran ASDP untuk wilayah NTT tidak bisa beroperasi atau batal, akibat gelombang yang sangat tinggi serta angin yang cukup kencang.

Demikian disampaikan Manager Operasional ASDP cabang Kupang, Arnoldus Yansen di ruang kerjanya, Senin (21/6) ketika di konfirmasi mengenai jadwal pelayaran feri di wilayah NTT. Dijelaskan, saat ini sesuai prakiraan gelombang dan kecepatan angin, maka rata-rata gelombang laut mencapai ketinggian tiga hingga lima meter, sehingga sangat berbahaya bagi keselamatan sebuah pelayaran.

“Rata-rata tinggi gelombang di wilayah laut NTT berkisar antara tiga hingga lima meter tingginya, sehingga semua lintasan pelayaran kita batalkan. Tingginya gelombang laut ini dipicu oleh angin yang cukup keras, sehingga kita batalkan semua pelayaran kita,” ujar Arnoldus. Arnoldus mengatakan, pembatalan pelayaran di lintasan yang ada di NTT sudah dilakukan sejak 19 Juni lalu, dimana ketinggian gelombang sudah berada dititik berbahaya. Sesuai prakiraan gelobang dan angin yang ada di ASDP, maka pelayaran akan ditutup terhitung 21 hingga 24 Juni nanti. Pelayaran baru bisa dilakukan pada 25 Juni bila memang keadaan sudah memungkinkan untuk sebuah pelayaran.

“Terhitung tanggal 21 Juni kita tutup semua lintasan pelayaran diwilayah NTT dan kita akan coba nanti tanggal 23 menuju Rote, tapi berangkatnya jam lima pagi. Setelah itu baru kita akan coba lagi pada tanggal 24 Juni untuk penyebrangan Aimere, Larangtuka dan Waingapu. Untuk Sabu kita akan coba lihat dulu kalau memang memungkinkan tanggal 25 baru kita coba Kupang-Sabu pulang pergi. Tapi ini belum pasti, tergantung dari keadaan. Kalau mengizinkan, kita berlayar, kalau tidak kita akan batal,” urai Arnoldus.

Selain perhitungan tinggi gelombang, ASDP juga memperhitungkan arah angin. Jika suatu rute penyeberanagan arah anginnya tidak menghantam lambung kapal, maka itu bisa dilakukan penyeberanagan. Sebaliknya, kalau arah angin diprakirakan akan menghantam lambung kapal, maka pelayaran tidak bisa dilakukan karena mengandung resiko kecelakaan yang sangat tinggi.

Dicontohkan, ketika penyeberangan Sabu-Kupang minggu lalu, kapal feri hampir mengalami kecelakaan karena saat kapal mengambil haluan, tiba-tiba datang angin dari arah lambung dan kapal sempat miring. Hal ini membuat penumpang takut dan histeris.

“Kita hitung juga arah angin. Kalau anginnya dari depan atau dari belakang, maka itu boleh berlayar. Tapi kalau dari samping atau lambung kapal, itu itu tidak bisa karena sangat berbahaya. Kapal akan cepat miring dan bisa celaka. Contoh seperti minggu kemarin waktu kapal dari Sabu, ada penumpang yang langsung hubungi saya karena katanya kapal sudah miring dan ketika saya kontak kapten, katanya mereka terjebak saat mengambil haluan.

Waktu mereka mengambil haluan tiba-tiba angin datang dari arah lambung, sehingga kapal sempat miring. Untungnya tidak ada kendaran besar seperti truk di dalam kapal. Kalau ada itu bisa celaka,” jelas Arnoldus.

Pembatalan pelayaran ASDP jelas Arnoldus, sudah disampaikan kepada masyarakat umum baik lewat pengumuman yang ditempelkan di pelabuhan Bolok maupun lewat selebaran dua hari atau sehari sebelumnya, sehingga para penumpang sudah mengetahui bahwa tidak ada pelayaran pada lintasan yang ada sesuai jadwal yang telah ditetapkan.

Pantauan Timor Express di pelabuhan Bolok, lima unit armada feri milik ASDP hanya parkir di dermaga Bolok masing-masing Ile Boleng, Balibo, Uma Kalada, Cucut dan Rokatenda. Sementara, Ile Ape sementara terjebak di pelabuhan Waingapu-Sumba Timur. (kr9