Minggu, 20 Juni 2010

Tiga Ribu Warga Minum Air Kali

Rabu, 16 Juni 2010
 
BAJAWA, Pos Kupang.Com -- Sejak Kabupaten Ngada terbentuk 53 tahun lalu hingga saat ini, warga dua desa di Kecamatan Bajawa   kekurangan air bersih pada musim kemarau. Kondisi ini mengakibatkan sekitar 3.000 jiwa warga Desa Wawowae dan Beiwali  terpaksa mengonsumsi air kali yang tidak layak minum.

Bahkan warga dua desa ini harus berebutan air di kali. Lokasi air minum berjarak sekitar 3 km dari pemukiman dan lokasi air itu juga  menjadi kubangan kerbau.

Tokoh masyarakat setempat, Bernardus Wea (55), yang juga mantan Kepala Desa Wawowae, Kecamatan Bajawa, kepada Pos Kupang di Wawowae, Selasa (15/6/2010), mengatakan, sesuai standar kesehatan air minum yang saat ini dikonsumsi warga Wowowae tidak layak karena sumber air yang digunakan untuk kebutuhan rumah tangga diambil dari air kali.

"Kalau orang mampu biasa membeli air tangki. Sedangkan yang tidak mampu ramai-ramai turun ke kali," katanya.
Dia menjelaskan, mereka terpaksa mengonsumsi air minum
dari kali dan kubangan kerbau karena tidak ada yang lebih layak
untuk dikonsumsi.

Selain itu, permohonan kepada pemerintah untuk memperhatikan air bersih sudah berkali-kali diajukan warga kepada pemerintah. Namun hingga saat ini keluhan tersebut belum mendapat tanggapan dari pemerintah untuk memenuhi kebutuhan air bersih warga di daerah ini.

"Kami hanya berjarak 3 km dari pusat kota. Namun  selama ini kami terus ditelantarkan pemerintah," katanya.

Hal senada dikatakan empat  tokoh masyarakat, masing-masing Don Bosco Wea (40), Aurelius Doy, S.Sos (31), Nikolaus
Moka (57), Nikolaus Mbue (42) dan Petrus Nono, Kepala Desa Beiwali.

Mereka mengaku kebutuhan air bersih untuk warga Kota Bajawa disuplai dari sumber air yang ada di wilayah dua desa tersebut. "Sudah tidak ada cara lain yang lebih santun bagi kami untuk menyampaikan hal ini kepada pemerintah," kata Mbue.
Mereka mengancam, memboikot pipa yang disalurkan dari lokasi mata air tersebut untuk kebutuhan air bersih warga dalam kota. Hal ini akan dilakukan warga apabila pemerintah tidak memperhatikan kebutuhan air mereka.

Selain itu, proyek air bersih untuk Watujaji dan Langa yang diambil dari sumber air di lokasi itu juga akan diboikot warga. "Kami kekeringan, sementara air dari daerah kami dieksploitasi untuk kepentingan warga di kota," kata Doy.(ee)