Sabtu, 05 Juni 2010

Guru di NTT Belum Bermutu

Kamis, 29 Apr 2010
Terkait Anjloknya Prosentase Kelulusan UN
KUPANG, Timex- Kritikan pedas terus mengalir pasca pengumuman hasil Ujian Nasional (UN) tingkat SMA/SMK, Senin (26/4) lalu. Komisi D DPRD NTT menilai buruknya hasil UN karena faktor guru yang belum bermutu.
Ketua Komisi D DPRD NTT, Hendrik Rawambaku, saat dikonfirmasi Timor Express, Rabu (28/4) kemarin, menjelaskan, guru adalah variabel yang sangat penting dalam mendongkrak mutu pendidikan. Jika guru tidak profesional, maka mutu pendidikan pasti anjlok. "Di NTT masih banyak guru kontrak yang kemampuannya terbatas. Ada yang hanya lulus SMA saja diambil jadi guru kontrak. Ini yang membuat pendidikan kita tidak pernah maju," ungkap Hendrik.

Dia juga menjelaskan, jika pemerintah ingin agar pendidikan lebih maju, maka variabel penting yang harus diperhatikan adalah guru. Oleh karena itu, katanya, pemerintah perlu meningkatkan lebih dahulu kualitas guru. "Harus dongkrak kualitas guru dulu. Kalau guru tidak berkualitas, pasti hasilnya juga seperti ini.


Banyak guru saat ini yang tidak komitmen dengan pekerjaannya, terutama guru-guru negeri. Kita buktikan dengan tidak ada sekolah-sekolah negeri yang lulus seratus persen. Yang prestasi bagus itu dari sekolah-sekolah swasta. Jadi pemerintah harus berfokus pada peningkatan kualitas guru sebab guru adalah faktor utama dalam pendidikan," urai Ketua Fraksi Golkar DPRD NTT ini.


Selain itu, kata Hendrik, orang yang bertanggjawab atas pendidikan juga harus mengerti pendidikan. "Kalau tidak mengerti pendidikan mana mungkin bisa me-manage pendidikan dengan baik," tambah Hendrik.


Menurutnya, manajemen pendidikan di NTT ternyata masih sarat dengan muatan politik. Itulah sebabnya orang yang ditempatkan mengurus pendidikan tidak mampu menjalankan tugas dengan baik.


Sementara itu, anggota Komisi D lainnya, Zainal Thayib. Kepada Timor Express kemarin, dijelaskan, ada empat faktor utama yang menentukan kelulusan, yakni pertama; perhatian pemerintah dengan mengalokasikan anggaran yang cukup, guru-guru yang kompeten dan dan berdedikasi, termasuk fasilitas yang memadai.


Kedua; manajemen sekolah, kurikulum, latihan soal-soal UN dan try out UN sekaligus menguji kejujuran siswa. Ketiga; faktor siswa yakni harus terus belajar dan berlatih. Keempat; guru harus menyadari bahwa menjadi guru adalah pengabdian kepada masyarakat, bangsa dan negara.


Terkait prosesntas kelulusan yang sangat rendah, menurut Zainal, karena adanya perbedaan UN tahun ini dengan tahun sebelumnya. "Sebelum UN 2010, Mendiknas mengundang semua Kadis PPO se-Indonesia untuk menandatangani kontrak pakta kejujuran. Pengawasan pelaksanaan UN menjadi lebih ketat, para siswa jadi gugup dalam menjawab soal.


Pesan saya bagi para siswa, orangtua siswaa dan semua yang peduli terhadap masa dengan bangsa agar memberikan konseling kepada anak-anak kita yang akan mengikuti UN susulan. Lupakan hasil buruk UN yang pertama, segera siapkan diri untuk mengikuti UN ulangan," kata Zainal kemarin. (sam)