Tangani Diare dan Gizi Buruk
KEFA, Timex – Pemerintah Kabupaten TTU menyiapkan dana sebesar Rp 600 juta untuk penanggulangan diare dan gizi buruk. Selain itu, pemerintah membentuk tim penanggulangan diare dan gizi buruk.
Besar anggaran untuk diare dan gizi buruk berpeluang bertambah pada sidang perubahan anggaran yang dijadwalkan berlangsung September mendatang, jika grafik kasus diare dan gizi buruk meningkat.
"Program penanggulangan diare dan gizi buruk sudah kami canangkan sejak Mei lalu pada saat apel kesadaran," ungkap Bupati TTU, Gabriel Manek belum lama ini ketika dikonfirmasi Timor Express mengenai strategi penanganan kasus diare dan gizi buruk.
Diakui, kedua program tersebut mendapat dukungan politik dari DPRD TTU yang ditandai dengan persetujuan dana bagi kelancaran program penanggulang diare dan gizi buruk.
Bupati Manek mengaku, program pemberian makanan tambahan (PMT) kepada anak-anak disertai kegiatan penimbangan dan penyuluhan bagi ibu menyusui masih terus dilakukan di semua posyandu yang ada di setiap desa/kelurahan.
Menurut Manek, kasus gizi buruk yang pernah diderita ribuan anak di TTU tidak semata-mata disebabkan faktor kekurangan pangan atau gagal panen, tapi juga karena budaya makan. "Seperti dua balita yang menderita kwashiorkor asal Desa Manuain A Kecamatan Insana, memiliki pantangan makan ikan, telur dan kacang hijau. Padahal, makanan ini sangat bergizi. Petugas kesehatan tidak bisa memaksa balita mengkonsumsi makanan ini jika itu dianggap pemali (pantang, red)," jelas Bupati Manek.
Bupati menilai, faktor lain yang ikut memberi andil dalam kasus gizi buruk yaitu masalah internal keluarga seperti pengetahuan orangtua untuk mengurus kebutuhan gizi anak sebagaimana yang sering terjadi pada pasangan suami-isteri yang nikah dalam usia muda. (ogi)
Besar anggaran untuk diare dan gizi buruk berpeluang bertambah pada sidang perubahan anggaran yang dijadwalkan berlangsung September mendatang, jika grafik kasus diare dan gizi buruk meningkat.
"Program penanggulangan diare dan gizi buruk sudah kami canangkan sejak Mei lalu pada saat apel kesadaran," ungkap Bupati TTU, Gabriel Manek belum lama ini ketika dikonfirmasi Timor Express mengenai strategi penanganan kasus diare dan gizi buruk.
Diakui, kedua program tersebut mendapat dukungan politik dari DPRD TTU yang ditandai dengan persetujuan dana bagi kelancaran program penanggulang diare dan gizi buruk.
Bupati Manek mengaku, program pemberian makanan tambahan (PMT) kepada anak-anak disertai kegiatan penimbangan dan penyuluhan bagi ibu menyusui masih terus dilakukan di semua posyandu yang ada di setiap desa/kelurahan.
Menurut Manek, kasus gizi buruk yang pernah diderita ribuan anak di TTU tidak semata-mata disebabkan faktor kekurangan pangan atau gagal panen, tapi juga karena budaya makan. "Seperti dua balita yang menderita kwashiorkor asal Desa Manuain A Kecamatan Insana, memiliki pantangan makan ikan, telur dan kacang hijau. Padahal, makanan ini sangat bergizi. Petugas kesehatan tidak bisa memaksa balita mengkonsumsi makanan ini jika itu dianggap pemali (pantang, red)," jelas Bupati Manek.
Bupati menilai, faktor lain yang ikut memberi andil dalam kasus gizi buruk yaitu masalah internal keluarga seperti pengetahuan orangtua untuk mengurus kebutuhan gizi anak sebagaimana yang sering terjadi pada pasangan suami-isteri yang nikah dalam usia muda. (ogi)