Senin, 24 Mei 2010

Ketiadaan Pangan Sebabkan Masalah Gizi

Rabu, 12 Nov 2008
KUPANG, Timex--Dari aspek medis, ada tiga penyebab langsung dari masalah gizi keluarga yakni kurangnya ketersediaan pangan di tingkat rumah tangga, pola asuh keluarga, dan kurangnya akses terhadap pelayanan kesehatan yang berkualitas. Demikian Wawali Daniel Hurek ketika membuka sosialisasi program Nutrition Improvement Through Community Empowerment (NICE), Selasa kemarin di Hotel Kristal.
Menurutnya, ketiga faktor penyebab ini gilirannya terakumulasi dalam persoalan yang lebih kompleks baik dari sisi jenis dan besarannya, sehingga cenderung menimbulkan kesulitan dalam menerapkan model perbaikan gizi yang lebih spesifik, selain tindakan kuratif dan rehabilitatif.

Kondisi ini perlu dikaji mendalam, model pencegahan dan penanggulangan masalah gizi yang komprehensif sepatutnya disesuaikan dengan kondisi masing-masing daerah dengan melihat fenomena kehidupan masyarakat yang mencakup keseluruhan aspek baik itu internal maupun eksternal.

"Saya melihat, akar persoalan kasus kurang gizi atau gizi buruk sesungguhnya terletak pada faktor kelalaian banyak keluarga untuk memilih dan menetapkan hal-hal mana yang perlu menjadi prioritas dalam pola hidup rumah tangga,"tambahnya.

Disamping itu pula, pola pikir dan budaya masyarakat yang cenderung memilih dan mengkonsumsi makanan-makanan instan dianggap lebih bergengsi daripada makanan-makanan lokal bergizi, telah ikut berpengaruh terhadap kualitas gizi keluarga.

Ia menawarkan kata kunci untuk menanggulangi persoalan kesehatan secara umum, terutama fenomena gizi balita dan kesehatan ibu hamil maupun ibu menyusui di kota ini adalah perlunya melakukan "transformasi" pola pikir masyarakat tradisional ke pola pikir masyarakat modern.

Ia berharap proyek NICE yang akan dikoordinir oleh Bappeda dan Dinas Kesehatan benar-benar akan menemukan model tepat yang sesuai dengan kondisi dan karakter masyarakat terutama bagi keluarga kurang mampu.

Ia berpesan sosialisasi ini perlu dikembangkan secara meluas bukan hanya pada tataran institusi atau kelembagaan, tetapi sampai ke lapisan masyarakat paling bawah. Masyarakat kurang mampu harus tahu apa hakekat dari proyek NICE dan sejauhmana program ini mampu memberi dampak positif terhadap derajat kesehatan mereka, khususnya bagi balita, ibu hamil, dan ibu menyusui.

Keberhasilan atau kegagalan program bidang kesehatan yang direncanakan sangat bergantung kepada keberhasilan atau kegagalan pengelolaan dan kelembagaan. (boy)