Senin, 24 Mei 2010

14 Rumah Terendam dan Tertimbun Longsor

Jumat, 8 Januari 2010
Di Sumba Timur dan Alor
PK-Dari 14 rumah tersebut, 10 rumah warga di RT 05, Kelurahan Kambajawa, Kabupaten Sumtim, terendam air akibat hujan lebat, Kamis (7/1/2010). Sedangkan empat rumah warga di Desa Kuneman, Kecamatan Alor Selatan, Kabupaten Alor, tertimbun tanah longsor setelah wilayah itu diguyur hujan lebat belakangan ini. Dua dari empat rumah itu rusak berat dan dua lainnya rusak ringan.

Kepala Badan Kesatuan, Kebangsaan, Politik dan Perlindungan Masyarakat (Kesbangpol dan Linmas) Kabupaten Alor, Viktor Imang, S.H, M.Si, kepada Pos Kupang di Kalabahi, Kamis (7/1/2010), menjelaskan, tanah longsor yang menimpa rumah warga di Desa Kuneman terjadi awal Januari 2010. Peristiwa ini, lanjutnya, tidak menelan korban jiwa karena saat terjadi tanah longsor pemilik rumah sedang beraktivitas di luar rumah.

Imang mengatakan, tim Linmas Kabupaten Alor sudah turun ke lokasi bencana untuk melihat langsung kondisi rumah dan pemiliknya. "Kuneman adalah desa yang sangat jauh dari Kalabahi, Ibu kota Kabupaten Alor. Apalagi musim seperti ini, petugas tidak berani ambil risiko ke desa itu karena melewati laut. Petugas terpaksa jalan kaki puluhan kilometer dari Desa Manmas ke Kuneman," papar Imang.

Dia menyebut bencana lainnya yang terjadi saat musim hujan saat ini, yakni ruas jalan di wilayah Kecamatan Alor Timur rusak parah. Ruas jalan di tiga wilayah, yakni Naumang, Tungmang, dan Nukumang mengalami longsor. Dampaknya, kata Imang, kendaraan roda empat dari Kota Kalabahi dan sebaliknya dari Maritaing, Kecamatan Alor Timur, cukup rawan melintasi di lokasi itu.

Imang juga menggambarkan kondisi laut di wilayah perairan Kabupaten Alor pada musim seperti ini cukup rawan untuk pelayaran dan meminta masyarakat waspada.

"Untuk pelayaran sebaiknya harus merujuk pada informasi Administrasi Pelabuhan (Adpel) Kalabahi. Kalau Adpel memberikan peringatan, sebaiknya jangan paksakan diri. Bila tidak diindahkan, risiko ditanggung sendiri. Biasanya juragan perahu atau kapal selalu 'pasang dada' (bersikeras) untuk berlayar meski cuaca tidak normal. Karena itu, calon penumpang jangan terpengaruh," tegas Imang.

Mengantisipasi cuaca tidak normal saat ini, demikian Imang, Pemkab Alor telah membuka posko bencana alam di Kantor Badan Kesbangpol dan Linmas Kabupaten Alor. "Bila ada kejadian segera masukan laporan ke posko bencana agar petugas langsung turun ke lokasi bencana," katanya.

Imang juga mengatakan, pekan lalu seorang ibu rumah tangga, Margaretha Maulany (55), warga Desa Subo, Kecamatan Alor Selatan meninggal dunia disambar petir. Peristiwa ini, lanjutnya, terjadi akhir Desember 2009 lalu. "Petugas Linmas telah turun ke lapangan untuk mengumpulkan data," ujarnya.

Keluarga Margarteha Maulany, Adisa membenarkan peristiwa itu. Pegawai pada Badan Kesbangpol dan Linmas Kabupaten Alor ini menjelaskan, informasi yang diterimanya dari kampung, Margaretha disambar petir hingga meninggal dunia saat ia berada di luar rumah bagian belakang.

Dari Waingapu, Ibu kota Kabupaten Sumtim dilaporkan, 10 rumah warga RT 05, Kelurahan Kambajawa, terendam air hujan karena letak rumah-rumah tersebut di lokasi yang agak rendah. Kondisi ini diperparah tidak adanya drainase di kiri kanan jalan yang melintasi wilayah itu.

Ketua RT 05, Kelurahan Kambajawa, Ferdinadus Mahat, kepada Pos Kupang, Kamis (7/1/2010), mengatakan, genangan air hujan ini sudah terjadi bertahun-tahun pada saat musim hujan. Masalah ini, lanjutnya, sudah disampaikan kepada Bupati Sumba Timur, Drs. Gidion Mbilijora, M.Si dan Dinas Pekerjaan Umum (PU) Sumba Timur. Namun hingga kini belum ditanggapi.

"Memang Dinas PU sudah memberikan tanggapan akan membuat saluran pembuangan air di kiri kanan jalan yang melintasi wilayah itu. Namun hingga musim hujan datang belum ada realisasi. Yang kami khawatirkan akhirnya terjadi. Bupati sendiri sudah pernah sampai ke sini. Tetapi tidak mengubah keadaan," kata Mahat.

Selain 10 rumah, satu sekolah ikut terendam meskipun tidak mengganggu proses belajar mengajar. Hanya untuk aktivitas di luar ruangan seperti upacara bendera tidak bisa dilakukan karena genangan air. Genangan air hujan terparah di mess guru SD Umamapu. (oma/dea)