Senin, 07 Juni 2010

Nuabosi yang Kekurangan Air

Oleh Romualdus Pius
Sabtu, 12 Desember 2009

Ubi Nuabosi jika ditemani dengan sambal ikan teri atau sambal kelapa akan mengundang selera makan yang tinggi karena rasanya yang nikmat, apalagi kalau ditambah dengan teh atau kopi hangat. Ubi tersebut bisa dinikmati dengan cara  digoreng atau direbus.

Namun di tengah nama ubi Nuabosi yang begitu melegenda, ada fakta ironis. Warga yang tinggal di sekitar Nuabosi, seperti Desa Randotonda dan  Ndetundora, ternyata masih kesulitan air bersih. Warga mengalami kesulitan air bersih layak minum.

Untuk mendapatkan air minum, warga di desa-desa tersebut terpaksa berjalan kaki sejauh 1 hingga 2 kilometer ke sumber air. Atau cara lain, yakni membangun bak-bak penampung air hujan di setiap rumah.

Menurut warga Desa Randotonda, Emi Sona, yang ditemui Pos Kupang pekan lalu, untuk mendapatkan air minum, warga desa berduyun-duyun mendatangi sumber air yang cukup jauh dari desa dengan berjalan kaki atau menyewa jasa sepeda motor ojek.

Menurut Emi, beberapa tahun lalu, pemerintah pernah berinisiatif mengintervensi agar air minum bisa masuk ke sejumlah desa yang ada di kawasan Nuabosi. Namun,  hasilnya tidak bertahan lama,n warga kembali seperti kebiasaan lama yakni mengambil air  di pancuran yang jauh dari desa.

Kondisi tersebut memang agak ironis kalau melihat kondisi alam Nuabosi terlihat sangat subur. Hamparan pohon-pohon kayu hijau rimbun terlihat sejauh mata memandang. Namun warga Nuabosi justru kesulitan air minum.

Keadaan demikian menimbulkan pertanyaan, ke mana air mengalir. Apa air mengalir begitu jauh sehingga warga Nuabosi tidak bisa menikmati air bersih secara lebih mudah?

Fakta lain yang terlihat di Nuabosi adalah kondisi jalan raya menuju desa-desa tersebut. Saat ini memang  sudah ada jalur jalan, namun kondisinya tidak terlalu mamadai.

Hal ini dapat dilihat ketika memasuki daerah Samba. Di sepanjang jalur jalan itu yang merupakan lokasi penggalian pasir kondisi jalannya telah rusak tergerus air hujan dan meninggalkan lubang-lubang di sepanjang jalan.

Selain itu batu-batu besar yang ditinggalkan para penggali pasir tentu menjadi ancaman tersendiri bagi para pengguna jalan karena sewaktu-waktu batu tersebut bisa saja terguling ke jalan raya yang bisa mengancam pengguna jalan.

Nuabosi yang terlihat begitu subur bahkan  begitu suburnya daerah  maka tidak heran kalau ada lagu dari Koes Plus yang liriknya batu dan kayu jadi tanaman bisa saja untuk menggambarkan keadaan Nuabosi. Namun Nuabosi yang sangat terkenal dengan ubi nuabosinya ternyata mengalami kekurangan air hingga saat ini. Jika saja ada intervensi dari pemerintah misalnya memasukkan air dari sumber air yang ada di belakang desa Randotonda, maka  warga Nuabosi tentu akan tersenyum gembira segembira para petani di desa-desa tersebut pada saat memanen ubi Nuabosi. (pius_2708@yahoo.com)