Senin, 24 Mei 2010

Bupati Kupang Bentuk Tim Tanah Longsor

Selasa, 9 Juni 2009
PK-Hal itu disampaikan Ayub Titu Eki, ketika ditemui Pos Kupang di ruang kerjanya, Senin (8/6/2009). Menurut dia, bencana yang terjadi di Tolnaku, sudah berlangsung beberapa waktu lalu. Dia mengaku sudah mendapat laporan, termasuk kerusakan saat bencana dan penanganan awal yang telah dilakukan.
Soal kesulitan air bersih yang dialami para korban tanah longsor di Fatukoto, Titu Eki mengatakan, Pemkab Kupang akan membantu bak penampung air (fiberglass).
Dia menjelaskan, para korban tanah longsor sudah mengungsi ke lokasi baru di Fatukoto, dan saat ini sedang membangun rumah layak huni. Agar pembangunan rumah lebih cepat, lanjut Titu Eki, Pemkab Kupang akan membantu kendaraan yang nantinya digunakan warga untuk mengangkut bahan bangunan rumah.
Menyinggung aman tidaknya lokasi pemukiman baru di Fatukoto, menurut Titu Eki, hasil survai dari Geologi Bandung, lokasi itu untuk sementara masih aman. Hanya saja, lanjut Titu Eki, warga harus tetap waspada karena dalam peta, beberapa titik di sekitar lokasi tersebut, rawan terjadinya patahan. Mengenai bantuan yang sudah diberikan, Titu Eki mengatakan, bantuan tetap diberikan dan disesuaikan dengan anggaran.
Wakil Ketua Komisi C DPRD Kabupaten Kupang, Matheos Liu, S.E, mengatakan, bencana yang dialami warga Desa Tolnaku, hendaknya segera ditangani Pemkab Kupang. Begitu juga dengan krisis air yang dialami para korban tanah longsor selama ini.
"Kan ada dana stimulan atau dana lainnya dari Dinas Sosial yang bisa digunakan untuk menangani masalah tersebut. Air bersih juga mestinya segera diatasi sehingga masyarakat yang sudah susah, tidak lagi dihimpit dengan kasus-kasus lainnya," kata Liu.
Sebelumnya harian ini memberitakan, sebanyak 31 kepala keluarga (KK) atau 117 warga Dusun I, Desa Tolnaku, Kecamatan Fatuleu, Kabupaten Kupang, dipindahkan ke pemukiman baru di Fatukoto di kesematan tersebut. Mereka dievakuasi ke pemukiman di Fotukoto akibat tanah longsor yang terjadi di Desa Tolnaku sejak Februari 2009 lalu sampai sekarang ini.
Tanah longsor juga menyebabkan ratusan tanaman perkebunan milik warga rusak. Hingga Kamis (4/6/2009), masih ada sembilan kepala keluarga yang bertahan di lokasi tanah longsor.
Fredik Mau, salah satu korban bencana longsor yang ditemui Pos Kupang menuturkan, tanah longsor yang terjadi di desa itu berlangsung sejak Februari 2009 dan sampai sekarang masih terus terjadi.
Para korban longsoran, lanjut dia, adalah petani yang kebanyakan memiliki rumah semi permanen. Semua rumah itu rusak. "Yang kami heran longsoran itu terjadi bukan saja musim hujan tetapi pada saat sekarang juga masih terjadi, sehingga kami pindah ke Fatukoto. Di lokasi baru itu kami buat rumah darurat dari daun lontar," tutur Mau.
Dia menuturkan, awalnya tanah longsor mengancam 26 rumah warga dan satu bangunan gereja. Kini semua rumah warga itu tidak dihuni lagi karena sudah rusak. Selain itu warga juga takut. Mau juga mengakui, lokasi tempat mereka direlokasi itu hanya berjarak sekitar 1,5 km dari pemukiman yang terkena longsoran. Makanya mereka tetap was-was. Mereka khawatir longsoran akan meluas dan menjangkau tempat mereka tinggal.

Pantauan Pos Kupang, lokasi longsor yang terjadi di wilayah Tolnaku memanjang hingga ke Desa Oelatimu, Kecamatan Kupang Timur. Longsoran juga terjadi di perbatasan antara Desa Tolnaku dan Desa Oebola Dalam, Kecamatan Fatuleu Barat. Beberapa titik longsoran cukup parah. Di salah satu titik longsor terlihat tanaman perkebunan bertumbangan. Di bawah bentangan longsoran terdapat Sungai Lubus. (yel/den)