Rabu, 30 Juni 2010

Buntut Tewasnya Enam Warga Amarasi

KAMIS, 01 JUL 2010
Nakhoda Perahu Resmi Tersangka

KUPANG,Timex-Nakhoda sekaligus pemilik perahu naas, Israel Batuk, resmi ditetapkan sebagai tersangka dan ditahan penyidik Polres Kupang, Rabu (30/6) kemarin. Penetapan Israel Batuk sebagai tersangka dan ditahan setelah penyidik Polres Kupang melakukan penyelidikan.

"Kita sudah tetapkan pemilik dan nakhoda perahu, Israel Batuk sebagai tersangka. Kini tersangka juga sudah kami tahan," jelas Kapolres Kupang, AKBP Dadang Suhendar, ketika dikonfirmasi Timor Express, melalui Kasat Reskrim, AKP Ampy Von Bolouw, kemarin.

Menurut Ampy --sapaan akrab-- Ampy Von Bolouw, Israel Batuk ditetapkan tersangka, karena yang bersangkutan disangka, lalai hingga menyebabkan jatuhnya korban jiwa atau orang tewas. "Hasil pemeriksaan saksi-saksi, dan tersangka akhirnya penyidik menetapkan dia (Israel Batuk Red) menjadi tersangka," jelasnya. 

Kini tambahnya, tersangka telah ditahan oleh penyidik di sel Polres Kupang guna menjalani proses hukum atas kasus tewasnya enam warga Amarasi," terangnya.
Sesuai hasil pemeriksaan kata dia, para saksi menyatakan bahwa tersangka mengetahui ada gelombang laut dan tidak dilengkapi pelampung namun nekat mengangkut para korban hingga akhirnya terjadi kecelakaan.

Para korban yang hendak naik ke perahu kata dia, dipungut uang sebesar Rp 2.000 per orang. Mestinya, bila tersangka lebih berhati-hati tentu kecelakaan tersebut tidak terjadi. "Kami jerat tersangka dengan pasal 359 KUHP yang intinya tentang kelalaian hingga menyebabkan matinya orang," imbuhnya.

Ditanya apa ada tersangka tambahan, Kasat Reskrim Ampy belum bisa memastikan karena pihaknya masih terus melakukan penyelidikan. "Belum tahu apakah ada tersangka tambahan atau tidak, sebab semua masih diselidiki," imbuhnya.

Lima Korban Dimakamkan

Setelah disemayamkan selama dua hari, akhirnya lima korban yang tewas tenggelam di perairan Tablolong akhirnya dikebumikan, Rabu (30/6) kemarin. Ke-5 korban tersebut yakni Hendry Kaseh, Irma Mauweny dan Ira Mauweny, Alexander Nifu dan Santy Timaubas. Acara pemakaman kelima jenasah yang dilakukan terpisah itu berlangsung di kediaman masing-masing korban diawali dengan ibadah bersama. Ribuan pelayat yang datang dari berbagai kalangan mengikuti upacara penguburan dengan penuh keharuan.

Pemakan pertama adalah jenasah Hendry Kaseh yang diawali dengan ibadah perkabungan dipimpin Pdt. Heppy dari jemaat Soba Amarasi Barat. Dalam ibadah tersebut, hadir Kepala Sekolah SMA Negeri 1 Amarasi Barat, Mesak Kaseh, Camat Amarasi Barat, Charles Abineno dan ribuan pelayat yang hadir memenuhi tenda duka.

Dalam khotbahnya, Heppy mengatakan, kematian bukan akhir dari sebuah harapan. Namun awal dari sebuah proses menuju hidup yang kekal. Sehingga kepergian orang-orang yang dikasihi perlu dimaknai sebagai bagian dari rencana Allah. Heppy yang mengambil bacaan Alkitab dari Lukas 11:17 itu mengurai tentang kehidupan manusia setelah kematian.

"Anak laki-laki selalu menjadi tumpuan keluarga. Karena sebagai penerus keturunan, serta sebagai tulang punggung keluarga. Apa lagi Hendry merupakan anak sulung di dalam kelaurga ini. Sehingga kita akui bahwa keluarga sangat merasakan kehilangan yang sangat besar dengan kepergiannya. Namun kekuatan, harapan dan berkat telah disiapkan oleh Yang Kuasa, karena semua ini merupakan rencana-Nya," ujar Heppy.

Dalam ibadah tersebut, diisi juga dengan nyanyian penghiburan yang dibawakan vokal grup SMA Negeri 1 Amarasi Barat dan beberapa vokal grup lain yang mengundang tangis dan air mata pelayat serta keluarga yag hadir. 

Kepala Sekolah SMAN 1 Amarasi Barat, Mesak Kaseh mengaku Hendry Kaseh merupakan salah satu anak didiknya yang memiliki potensi. Hal ini menurut dia, dilihat dari sikap dan tingkah laku almarhum yang patuh terhadap aturan sekolah serta rajin dalam segala hal. "Saya sabagai orangtua dan guru merasa kehilangan atas kepergian Hendry. Karena keseharian dia di sekolah yang boleh dikatakan tidak memiliki cacat apapun dalam aturan sekolah," ungkap Mesak.

Selain itu, pantauan koran ini di rumah duka keluarga Mauweny. Ibadah pelepasan yang dipimpin Pdt. Petrus Tameno berlangsung khidmat. Keluarga serta pelayat yang memenuhi sekitaran rumah duka terlihat begitu antusias mengikuti ibadah yang disalingi beberapa persembahan pujian dari beberapa vokal grup itu. 

Sesekali terdengar isak tangis yang mengundang iba. Usai ibadah, kedua korban lalu dimakamkan berdampingan dalam satu liang lahat tepat di samping kiri kediaman mereka. Isak tangis saudara, orangtua serta keluarga kembali pecah saat iring-iringan kedua peti jenasah diusung menuju tempat peristirahatan terakhir. 

Selain itu, korban lain, Santy Timaubes dimakamkan sekira pukul 05.00 Wib. Sementara korban Alexander Nifu juga telah dimakam di Oepaha Kecamatan Nekamese. Korban lainnya yakni, Noldy Rassi menurut rencana akan dikebumikan hari ini, Kamis (1/7) dengan alasan masih menunggu kedua kakak kandung korban yang baru tiba malam tadi dari Ambon. (lok/mg-9)